Delapan Anjal Digaruk Satpol PP Jombang di Musala

JOMBANG (.com) – Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten mengamankan 8 jalanan (Anjal) yang terdiri dari enam laki-laki dan dua perempuan yang berada di sekitar simpang tiga Jombang.

Berdasarkan data yang didapat Jurnaljatim.com, kedelapan anak yang diamankan, usianya masih di bawah umur, antara lain, berinisial AP (16) dan RE (15) asal Mojokerto; kemudian MY (17), YM (16) dan DRP (16) warga Jombang; lalu DA (17) dan PAS (14) Lamongan; serta AAR (17) asal Gresik.

Saat berada di Mako Satpol PP, mereka diminta melapas atributnya, termasuk sepatunya. Untuk anak-laki, diminta melepas baju. Setelah itu, petugas menyuruh untuk menyanyikan lagu kebangsaan dan

“Ayo nyanyikan lagu Padamu Negeri dan mengaji,” ucap seorang petugas kepada para anjal yang berdiri dihadapannya.

FOTO: Dua perempuan anjal yang yang pernah ditangkap petugas Satpol PP Jombang. (Zainul Arifin/Jurnaljatim.com)

Kabid Tibum SDA Satpol PP Jombang, Haris Aminudin mengatakan penertiban itu berawal dari laporan warga sekitar yang resah dengan keberadaan mereka. Menurut pengakuan warga, delapan anak tersebut berada di musala dalam kondisi kotor dan kumuh.

“Dari data kedelapan anak yang kita amankan, dua di antaranya sudah pernah kita tangkap,” kata Haris dikonfirmasi Jurnaljatim.com di kantor Satpol PP Jombang, jalan Kusuma Bangsa, , Jombang, Jumat (20/3/2020).

Dua anak yang ditangkap tersebut berjenis kelamin perempuan, yakni AP dan RE. Dia saat ini bersama teman-temannya masih menjalani proses pendataan dan pembinaan oleh petugas.

FOTO: Atribut yang dikenakan para . (Zainul Arifin/Jurnaljatim.com)

Haris menjelaskan, sebelumnya anjal yang berpenampilan anak punk tersebut ‘mangkal’ di sebuah tempat di simpang tiga. Namun, tempat itu sudah disegel oleh petugas. Mereka pun mencari tempat lain, yakni di musalah yang lokasinya di utara simpang tiga.

“Kami dapat laporan warga resah dengan keberadaan mereka yang pindah ke musala. Anggota mendatangi tempat tersebut dan mengamankannya,” ujar Haris.

Keberadaan tersebut, kata Haris, sebenarnya hanya untuk transit. Namun, dengan kondisi fisik yang kotor, kumuh, dan memasuki tempat ibadah tanpa melepas alas kaki, membuat warga sekitar resah. Selain itu, lanjut Haris, kecenderungan mereka melakukan perusakan-perusakan.

“Setelah kita data dan berikan pembinaan, kita koordinasikan dengan pihak sosial. Untuk penanganan yang dua, kalau kambuhan ini akan dititipkan di panti ,” tandas Kabid Tibum SDA.


Editor: Azriel