Jombang, Jurnal Jatim – Lebih dari 9.700 anak balita di Jombang, Jawa Timur diindikasikan mengalami stunting. Hal itu berdasarkan hasil penimbangan pada bulan timbang balita 2021. Kasus stunting atau gagal tumbuh pada anak balita tersebut terbilang cukup tinggi.
“Angka (kasus stunting) kita cukup tinggi, 13,1 persen. Ini perlu mendapatkan perhatian serius karena menyangkut persoalan investasi kedepan menyangkut sumberdaya manusia,” kata Kepala Dinas Kesehatan, Jombang Budi Nugroho, Selasa (21/9/2021).
Budi Nugroho mengungkapkan, kasus stunting di Jombang itu masih terbilang tinggi, meski persentase kasusnya di bawah 15 persen.
Mantan Kepala Bappeda Pemkab Jombang itu menyebut, pada tahun 2021, lebih dari 85.000 anak balita menjalani sasaran timbang, dan 9.700 di antaranya diindikasikan terancam mengalami atau sedang mengalami stunting karena kurang gizi maupun kesalahan pola asuh.
Kendati terbilang masih cukup tinggi, kata Budi, perkembangam kasus stunting yang diakibatkan karena gizi buruk di Kabupaten Jombang pada 2021 terus menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Pada 2020, persentase kasus stunting sebesar 16,9 persen, kemudian tahun 2019 sebanyak 17,9 serta sebesar 20,1 persen pada 2018. Hingga saat ini Pemkab Jombang, terus melakukan berbagai upaya komprehensif dan terintergrasi agar kasus stunting terus berkurang.
“Karena kita memang dengan konsep penthahelix ini supaya semua terlibat, semua memahami kondisi permasalahan seperti apa, sehingga masing-masing yang bertanggungjawab terkait indikator penyebab stunting bisa berkontribusi maksimal untuk penurunan stunting,” ujarnya.
Lebih lanjut Budi mengemukakan, lokus penanganan kasus stunting tahun ini pada 11 desa yang memiliki catatan kasus tertinggi pada 2020 lalu. Yakni Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung; Desa Gadingmangu Kecamatan Perak, serta Desa Curahmalang Kecamatan Sumobito.
Kemudian, Desa Diwek, Kecamatan Diwek; Desa Rejoslamet Kecamatan Mojowarno, serta Desa Pakel Kecamatan Bareng dan Desa Dukuhklopo, Kecamatan Peterongan.
Berikutnya, Desa Kalikejambon, Kecamatan Tembelang; Desa Jombatan, Kecamatan Kesamben; serta Desa Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto, dan Desa Darurejo, Kecamatan Plandaan.
Dari 11 desa tersebut, Desa Murukan, Kecamatan Mojoagung, pada 2020 mencatatakan kasus tertinggi sebesar 41,20 persen dari 220 lebih balita di desa itu yang menjadi sasaran timbang.
“Intervensinya pada pemenuhan gizi dan perbaikan pola asuh, juga mempersiapkan remaja sebelum pra nikah. Jadi, action plan yang harus kita lakukan dengan melibatkan semua stakeholder. Dan kesiapan pra nikah bukan persoalan sepele, itu sangat serius. Karena menyiapkan generasi penerus harus dengan sungguh-sungguh,” katanya.
Dapatkan update berita menarik lainnya hanya di Jurnaljatim.com, jangan lupa follow Jurnaljatim.com di Google News.
Editor: Hafid