Safari Ramadan 1444 H, Khofifah Jelajah Sejarah ke Masjid Legendaris di Jawa Timur

Surabaya, Jurnal Jatim Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, aktif melakukan safari ramadan dengan tarawih keliling Jawa Timur serta berkunjung dan menjelajah masjid-masjid legendaris di kabupaten/kota di Jatim.

Di masjid-masjid itu, Khofifah melakukan salat tarawih bersama jemaah, membagi beras bagi jemaah serta berziarah ke makam para ulama/habib leluhur yang memiliki peran besar dalam pembangunan peradaban dan keagamaan di Jawa Timur.

Salah satunya saat Khofifah salat tarawih di Masjid Jami’ Gresik yang di dalamnya juga terdapat makam Habib Abu Bakar bin Muhammad Umar Assegaf.

tersebut dilakukan setelah menunaikan salat Tarawih bersama Gresik Fandi Akhmad, Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah, dan masyarakat sekitar.

Dalam ziarahnya, Ketua Umum PP Muslimat itu tampak khusyuk mengikuti zikir doa sekaligus menabur bunga di makam Habib Abu Bakar bin Muhammad Umar Assegaf dan Habib Alwi bin Muhammad Hasyim Assegaf.

Setelah berdoa, Khofifah mengatakan, kehidupan Habib Abu Bakar Assegaf memiliki keteladanan yang luar biasa. Di antaranya tentang kesalehan, keilmuan, dan kesederhanaan.

“Selain sederhana, beliau orang yang salih dan alim dikenal memiliki karomah dari Allah,” ujar khofifah dikutip dari laman resmi Dinas Kominfo Jatim, Kamis (30/3/2023).

Menurut Khofifah, dari berbagai referensi semasa hidup Habib Abu Bakar Assegaf merupakan pemimpin wali sedunia. Sehingga, Habib Abu Bakar mendapat julukan Al Qutb atau pimpinan para wali.

Kedalaman dan kejernihan hati yang dimilikinya telah melahirkan pelajaran hidup yang sangat besar dan bermanfaat bagi manusia. Khususnya, kesederhanaan dan menolong sesama yang benar-benar membutuhkan.

Untuk mengenang perjuangannya sebagai seorang ulama, di Gresik terdapat haul setiap tahun yang bertepatan pada 17 Dzulhijjah. Pusat acara difokuskan di kediamannya Jalan KH. Zubair dan Masjid Jami’ Gresik depan alun-alun.

“Acara ini selalu menjadi magnet bagi ribuan yang datang dari banyak penjuru negeri khususnya masyarakat Jawa Timur maupun para tokoh-tokoh ,” ujarnya.

Sementara Masjid Jami’ Kabupaten Gresik diketahui menyimpan sejarah, yakni Masjid ini dibangun oleh seorang ulama dan saudagar perempuan yang termasyhur kala itu, Nyai Ageng Pinatih.

Menurut literatur sejarah, Masjid Jami’ Kabupaten Gresik dibangun oleh Nyai Ageng Pinatih pada tahun 1412 Masehi di atas sebidang tanah yang merupakan hadiah dari Raja Brawijaya. Untuk memaksimalkan hadiah itu, tidak hanya perlu bekal ilmu agama tetapi juga ilmu dagang atau ilmu ekonomi.

Dari ilmu agama para gurunya yaitu Syaikh Maulana Malik Ibrahim dan Raden Rahmatullah alias Sunan Ampel di Surabaya yang keduanya juga mahir ilmu dagang, Nyai Ageng Pinatih mampu menyebarkan Islam kepada di tanah Gresik.

Nyai Ageng Pinatih menyadari menyebarkan Islam tidak hanya berbekal ilmu agama. Perlu juga diimbangi dengan kekuatan ekonomi yaitu dengan berdagang. Dengan kapal yang dimiliki, Ia mampu menjual ke wilayah lain, baik di wilayah Majapahit maupun Blambangan serta wilayah lain.

“Dari Nyai Ageng Pinatih ini, kita belajar bahwa sejak zaman dahulu kala kebangkitan agama juga harus berseiring dengan kemandirian ekonomi,” tuturnya.

Nyai Ageng Pinatih adalah sosok yang berhasil dalam berdagang. Hal itu ditandai dengan kepemilikan kapal dagang yang banyak. Pada 1458 M, Kerajaan Majapahit mengangkatnya sebagai  Syahbandar Pelabuhan Gresik yang bertugas memungut bea cukai dan mengawasi kapal-kapal dagang asing.

Nyai Ageng Pinatih adalah syahbandar terkenal di zamannya dan perempuan pertama di Nusantara yang mengurusi bea cukai. Sampai meninggal tahun 1478 Masehi, Nyai Ageng Pinatih dikenal ulama perempuan yang juga menjadi kepala pelabuhan era Kerajaan Majapahit.

“Nyai Ageng Pinatih ini perempuan hebat, beliau lebih dikenal sebagai saudagar, syahbandar juga daripada seorang ulama perempuan,” ucapnya.

Selanjutnya ke Masjid Agung Sewulan (Kyai Ageng Basyariah) Leluhur KH. Abdurrahman Wahid.  Tidak sampai di sana, safari ramadan Khofifah juga berlanjut  di malam ketujuh Ramadan 1444 H.

Mantan menteri sosial ini melakukan salat tarawih dilanjutkan  ziarah makam leluhur Gus Dur yakni Kiai Ageng Basyariah, di Dusun Sewulan Wetan, Desa Sewulan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Selasa (28/3/2023) malam.

Khofifah menyebut, Kiai Ageng Basyariah ini adalah sosok ulama yang konsisten mengajarkan nilai-nilai spiritual sebagai lokomotor perubahan. Salah satu keberhasilan Kiai Ageng Basyariah ialah memperjuangkan Sunan Pakubuwono II dalam perebutan tahta Mataram Kartasura melawan Sunan Kuning.

“Kiai Ageng Basyariah ini adalah pemimpin juga ulama. Dengan kedalaman ilmu agama yang dia miliki, Kiai Ageng berperan besar atas kembalinya kekuasaan Kasunanan Pakubuwono II,” katanya.

Dihimpun dari berbagai sumber, Kyai Ageng Basyariah atau Raden Mas Bagus Harun adalah leluhur dari keempat RI KH. Abdurrahman Wahid dari KH. Wachid Hasyim. Kiai Ageng Basyariah ini dikenal sebagai sosok yang cerdas, alim, dan tawadhu.

Bagus Harun (Basyariah) adalah Putranya Adipati Ponorogo yang menjadi Santri di Tegal Sari Ponorogo. Sewaktu Paku Buwono II mengungsi ke Tegal Sari karena Keraton Solo direbut oleh Mas Garendi (Sunan Kuning).

Paku Buwono II minta tolong kepada Kiai Tegal Sari Ponorogo untuk membantunya, Kyai memerintahkan Santrinya yaitu Bagus Harun (Basyariah), setelah berhasil mengalahkan Raden Mas Garendi, akhirnya Bagus Harun (Basyariah) mendapat hadiah berupa Songsong dari Paku Buwono II.

Kemudian RM.  Bagus Harun (Basyariah) pulang ke Tegal Sari Ponorogo, medapatkan pula Tanah Perdikan di Sewulan. Kemudian didirikanlah Masjid dan Pesantren sebagai upaya Dakwah Agama Islam oleh Bagus Harun (Basyariah).

Atas jasa perjuangannya, Kiai Ageng Basyariah hendak dijadikan Adipati Banten. Namun Ia menolak dan memilih kembali ke pesantren.

“Sifat tawadu’ beliau perlu diteladani, bahwa saat menggengam keberhasilan, harus tetap rendah hati,” imbuhnya.

Pada Tahun 1.740 M, Kiai Ageng Basyariah mendirikan Masjid Agung Sewulan yang hingga saat ini masih berdiri kokoh. Masjid Agung Sewulan ini memiliki corak bangunan khas Jawa yang tetap dipertahankan, atap yang terdiri dari tiga susun, disertai kolam air untuk cuci kaki, dan gapura yang kokoh.

“Masjid tempat kita salat tarawih ini adalah peninggalan Kiai Ageng Basyariah. Semoga kita semua mampu meneladani beliau, ketawadhuannya dan bagaimana menjadi pemimpin yang juga ulama” harapnya.

Sementara nasab yang ditarik dari garis neneknya Gus Dur, masih keturunan dari Bagus Harun (Basyariah) dan pada masa kecilnya Gus Dur pernah tirakat di Sewulan. Apabila di runut ke atas Bagus Harun (Basyariah) anaknya Adipati Ponorogo yang merupakan Cucu Buyutnya Panembahan Senopati dan apabila ditarik lebih ke atas lagi adalah  keturunan dari salah satu Raja Majapahit Bhre Brawijaya.

Sebelum berziarah, Khofifah bersama Bupati Madiun Ahmad Dawami dan Wakil Bupati Madiun Hary Wuryanto melaksanakan salat tarawih berjemaah bersama masyarakat Desa Sewulan di Masjid Agung Sewulan. Tak hanya itu, Khofifah juga membagikan 400 kantong beras yang masing-masing beratnya 3 kg kepada seluruh jemaah salat tarawih.

Dapatkan update berita menarik hanya di Jurnaljatim.com, Jangan lupa follow jurnaljatim.com di google news instagram serta twitter Jurnaljatim.com