Mojokerto, Jurnal Jatim – Sejumlah petani di Mojokerto, Jawa Timur terpaksa menjaga tanaman cabai di sawah antisipasi aksi pencuri yang mulai marak karena harga cabai yang terus meroket sejak sepekan terakhir.
Dalam sepekan ini, harga beli cabai merah kecil di petani mencapai kisaran Rp65 ribu sampai Rp70 ribu per kilogram. Harga itu naik dibanding sebelumnya kisaran Rp10 ribu hingga Rp20 ribu.
Deni Susanto, petani Desa Cinandang, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto mengatakan setiap hari patroli di sawah siang hingga malam. Patroli dilakukan secara bergiliran.
“Harga cabai dari petani Rp65ribu per kilogram. Petani di sini giliran keliling (patroli) di sawah siang selepas duhur sampai malam, karena cabai mahal dan rawan yang hilang,” ujarnya.
Dia mengatakan, patroli dan penjagaan pada siang hari mulai pukul 12.00 WIB atau selepas duhur saat petani di sawah pulang ke rumah. Kemudian malam hari dilakukan selepas Maghrib hingga dini hari.
Menurutnya, pencuri melancarkan aksinya dengan langsung mengambil buah cabai atau mencabut batang cabai hingga ke akar-akarnya. Cabai yang dicuri itu hendak dipanen pemiliknya
“Musim kayak gini (pandemik), harga cabai agak tinggi mahal. Banyak yang mengambil (mencuri) di sawah. Mencurinya itu dicabut dan juga dipetik buahnya. Ada yang sempat ketahuan juga, tapi tidak sampai kita pukul, hanya teguran. Terkecuali (dibabat) pakai alat sabit, ya lain lagi,” ujarnya.
Petani lain, Sutarman menambahkan, selain berkeliling, petani bermalam di gubuk sawah untuk mereka antisipasi pencuri yang datang pada malam hari.
“Ada beberapa kelompok jaga di sini, malam ya tidur di sawah biar tidak dicuri orang,” ujarnya.
Sementara itu, selain jaga di sawah, para petani mengeluh tanaman cabai rawit siap panen diserang hama dan merusak hasil panen. Tanaman cabai yang mulai berbuah hingga siap panen tiba-tiba rontok hingga pembusukan.
Menurut Arik, di lahan seluas kira-kira 200 meter persegi miliknya, biasanya dia bisa memanen 1,5 kuintal cabai rawit. Tapi, pada panen kali ini hasilnya tidak sampai 1 kuintal.
”Selain penyakit petek, hama hewan kecil-kecil itu meninggalkan telur dan membut cabai busuk. Hasil panen ya menurun,” katanya.
Penyakit petek itu membuat kulit cabai hitam mengering. Sementara itu, bagian dalam buah mengalami pembusukan sehingga cabai tidak laku dipasaran.
Ia menambahkan, untuk cabai kering dijual dengan harga Rp25 ribu per kilogram. Harga itu berbeda jauh dengan cabai masak yang kini diangka Rp70 ribu per kilogram.
”Cabai yang busuk-busuk itu dikeringkan lalu disimpan. Nanti kalau sudah lewat musim panen, bisa dijual mahal,” ujar Arik.
Editor: Azriel