Menanti Gelar Pahlawan Nasional KH Bisri Syansuri dari Jombang

Jombang, Jurnal – Hingga momentum 2024, belum ada pengukuhan gelar pahlawan untuk KH Bisri Syansuri, Minggu 10 November 2024.

Sumbangsih Bisri Syansuri atau Kiai Bisri terhadap Republik Indonesia tak bisa dianggap enteng. Selain sebagai pendiri Nahdlatul (NU), ulama kharismatik ini juga pejuang era .

Kiai Bisri menjadi Komandan Markas Besar Ulama (KMBU) selama masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Selain itu, setelah kemerdekaan, kiai Bisri juga berjuang melalui jalur politik sebagai anggota .

Bisri Syansuri lahir pada 18 September 1886. Semasa hidupnya banyak memberikan kontribusi penting bagi negara dan agama.

Keulamaan dan kharismatik Kiai Bisri yang lahir 18 September 1886 bisa dilihat dari keseharian makamnya di kompleks Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif, Denanyar, Jombang, tidak pernah sepi peziarah.

Ratusan orang dari berbagai daerah datang untuk berziarah mendoakan dan mengenang jasa-jasa ulama besar yang wafat pada 25 April 1980 ini.

Bisri Syansuri diajukan alumni Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar, Jombang, untuk mendapat anugerah gelar pahlawan nasional pada 2017. Kiai Bisri dinilai memiliki peran penting dalam perjuangan Kemerdekaan RI.

Namun, hingga kini tokoh pendiri pondok pesantren Mambaul Maarif Denanyar itu belum juga diberi anugerah gelar pahlawan yang diusulkan.

Para alumni berharap pusat dapat segera merespon usulan itu, mengikuti jejak dua pendiri NU lainnya, yaitu KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbullah, yang telah lebih dulu dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Cucu kiai Bisri Syansuri, Abdussalam Shohib atau Gus Salam mengatakan besar tidak mempermasalahkan kiai Bisri belum ditetapkannya sebagai pahlawan nasional. Sebab keluarga maupun umat Islam, khususnya warga sudah menganggap sebagai pahlawan.

“Kami tidak mempersoalkan apakah Mbah Bisri diberi gelar Pahlawan Nasional atau tidak. Bagi kami, beliau sudah menjadi pahlawan sejak lama. Pahlawan bagi keluarga, bagi pesantren, bagi umat, dan tentunya bagi Nahdlatul Ulama,” ujarnya.

Pengasuh pesantren Mambaul Maarif Denanyar ini menyebut, setiap tahun usulan gelar Pahlawan untuk kakeknya selalu diajukan kembali oleh para alumni Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar.

Para alumni merasa bahwa Kiai Bisri pantas mendapatkan pengakuan resmi atas jasa-jasanya dalam perjuangan bangsa. Namun, keluarga tidak terlalu memprioritaskan itu, karena bagi keluarga, gelar formal bukanlah yang terpenting.

“Bagi kami (keluarga) dengan segala jasa dan pengabdiannya, nama KH. Bisri Syansuri terus dikenang sebagai salah satu ulama besar yang berperan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, terlepas dari ada atau tidaknya pengakuan resmi sebagai Pahlawan Nasional,” kata Gus Salam.

Dapatkan update menarik hanya di .com, Jangan lupa follow jurnaljatim.com dgoogle news instagram serta twitter .com.