Jombang, Jurnal Jatim – Pondok pesantren Attahdzib Jombang, Jawa Timur menjadi satu-satunya yang berhasil menangkar ikan bawal dengan pemijahan model campur di Indonesia.
Dalam sekali panen pada kurun waktu enam bulan bisa menghasilkan 75 ton ikan bawal untuk satu kolam seluas satu hektar berisi 75 ribu ekor dengan omzet ratusan juta rupiah.
“Setahu saya, pemijahan model campur itu se-Indonesia baru sini. Kalau yang lain itu, dengan cara disuntik atau striping,” kata pengurus pesantren Attahdzib, Ibnu Sina, Senin (17/10/2022).
Ia menceritakan, pada 2011 silam adalah awal mula dirinya mulai pembibitan ikan bawal. Kala itu, ia belajar pemijahan dari sejumlah daerah, di antaranya Pandeglang Banten, Purworejo dan Jogjakarta. Dari sana, ia mengambil indukan bawal untuk dibawa ke pesantren di Jombang.
Saat itu, Sina mencoba dengan metode lama yang sudah dilakukan di banyak tempat yaitu dengan cara disuntik atau striping lalu dicampur telurnya kemudian dipijahkan.
“Di sini berbeda. Di sini bisa menemukan metode baru, gak usah di-striping. Langsung dicampur secara alami, Induk betina sama jantan digabung jadi satu tempat. Biasanya kami memadukannya dua jantan dengan satu betina,” kata putra pengasuh pondok pesantren Attahdzib, KH Ahmad Masruh ini.
Untuk prosesnya, selepas zuhur ia berama dengan para santri mengambil indukan. Esok paginya, indukan itu dipilih lalu diangkat untuk diambil telurnya.
“Lalu kami masukkan ke tempat penetasan itu, ke pemijahan. Setelah telornya menetas, kami tempatkan pada viber atau tempat untuk penampungan bibit-bibit larva bawal,” katanya.
Setelah ditunggu selama sekitar 3 hari sampai 1 minggu, dipindah ke tempat yang lebih besar. Pihaknya memindahkannya ke kolam-kolam tanah yang sudah tersedia di pondok pesantren.
“Ada juga sebagian dari Larva itu dibeli warga sekitar yang minat,” ujar putra kedua Kia Masruh ini.
Setelah dipindah dari tempat penetasan, sekitar 1,5 bulan sudah mencapai ukuran 5 sampai umur 7. Dari situ, disebut Sina, ada yang diambil tengkulak dan sebagian untuk kolam-kolam pembesaran di Pondok.
“Pondok ini punya kolam pembesaran, kolam pemijahan juga kolam pembibitan,” kata dia.
Sina mengemukakan, pesantren Attahdzib di Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Jombang memiliki sekitar 6 kolam yang khusus untuk pembesaran ikan bawal.
Luas kolam berikut isi bervariasi. Dari mulai setengah hektar hingga satu hektar. Kolam seluas satu hektar diisi 75.000 ikan bawal. Sementara yang setengah hektar hanya diisi 30 ribu sampai 50 ribu ekor ikan bawal.
“Ada sekitar 6 kolam. Ada yang diisi sampai 75 ribu, itu kolam luasnya sekitar 1 hektar. Ada yang setengah hektar Rp50 ribu, ya kadang 30 ribu, melihat situasi air saat itu. Kalau yang ukurannya sekitar setengah hektar itu ya ada sekitar 4 kolam,” ujarnya.
Pembesaran atau produksi ikan bawal, kata dia, membutuhkan waktu 4- 6 bulan. Namun pada umur 4 bulan sudah bisa dipilih untuk ikan yang besar. Ketika memasuki umur 6 bulan, semua ikan bawal sudah bisa dipanen.
“Jadi dalam waktu 6 bulan itu semua bawal bisa dipanen. Setelahnya itu, kalau kita mau mengisi ikan, maka ambil (bibit) lagi,” kata Sina menjelaskan.
Untuk Satu kolam seluas satu hektar berisi 75 ribu ekor menghasilkan sekitar 25 ton ikan dengan berat sekitar 2,5 ons. Adapun biaya operasional pakan ikan sampai panen sekitar Rp140 juta.
“Kalau harga ikan bagus, bisa dijual dengan harga Rp16 ribu per kilogram. Tapi rata-rata Rp12 ribu sampai Rp13 ribu per kilogram. Keuntungan dari penjualan sekitar Rp180 juta,” kata Sina.
Lebih lanjut Sina mengemukakan, penjualan ikan diambil para tengkulak dari berbagai daerah sekitar, di antaranya Jombang, Kediri, Nganjuk, hingga pulau dewata Bali.
“Kalau yang besar-besar itu katanya itu yang suka pesan itu dari Bali. Untuk restoran di Bali gitu,” tandas Sina sembari menyebut para tengkulak alumni pesantren setempat.
Semua proses budidaya ikan bawal mulai dari pembibitan hingga pembesaran melibatkan para santri. Kemudian untuk hasilnya juga untuk operasional pondok.
“Kendalanya, biasanya kalau musim panas ikan sering sakit. Soalnya kan antara siang dan malam itu perubahannya ekstrem. Ikan sakit cacar gitu. Mengantisipasi itu biasanya airnya itu alirannya diperbesar. Jadi Sirkulasi air itu bagus. Masuknya (air) dan keluarnya air yang ada di dalam besar,” tandasnya.
Dapatkan update berita menarik hanya di Jurnaljatim.com, jangan lupa follow jurnaljatim.com di google news instagram serta twitter Jurnaljatim.com