Jombang, Jurnal Jatim – Aksi demonstrasi aktivis lingkungan menyikapi penebangan pohon asem sepanjang Jl KH Bisri Syansuri, Jombang, Jawa Timur diikuti Kuntilanak, Kamis (8/12/2022) sore.
Namun, itu bukan kuntilanak beneran. Tapi, perempuan berdandan laiak makhluk astral sejenis kuntilanak yang kecewa penebangan pohon asem tersebut.
Sambil bawa poster bertuliskan Omahku Ilang Gara-gara di Tebang, “kuntilanak” itu ikut baris berjejer di antara massa pendemo lainnya yang juga wajahnya dihias dengan berbagai bentuk.
Aksi sejumlah massa dari aktivis lingkungan yang tergabung dalam Asosiasi Jombang Semesta Raya atau Anjasmara itu dilakukan di depan kantor Pemkab Jombang, Jl KH A. Wahid Hasyim.
Setelah menyampaikan orasi kekecewaannya atas penebangan puluhan pohon asem di jalan penghubung antara Megaluh dengan Denanyar, mereka melakukan aksi teatrikal di tepi jalan raya kota Jombang.
Massa melakukan Aksi teatrikal untuk menyindir pemerintah setempat yang telah sewenang-wenang menebang puluhan pohon asem dengan alasan untuk pelebaran jalan.
Dari pantauan JURNALJATIM.COM, dalam teatrikal itu mereka mengawalinya dengan menyalakan dupa. Setelahnya itu, sejumlah massa pemeran penunggu pohon keluar dan berteriak-teriak meluapkan kekecewaannya karena pohon asem ditebang hingga tak tersisa.
Seorang pendemo lainnya yang mengenakan pakaian jas dengan peran sebagai pejabat pemerintah menjawab semua kekecewaan para penunggu pohon tersebut.
Perdebatan pun terjadi hingga aksi teatrikal itu berlangsung lebih dari 30 menit dengan mendapat pengamanan dari kepolisian resor (Polres) Jombang.
Koordinator aksi Anjasmara, Anton Sujarwo mengungkapkan pohon asem yang ditebang oleh pemerintah adalah Pohon konservasi yang bernilai ekologis tinggi.
Pohon itu bagian dari budaya masyarakat sesuai dengan kajian studi etnobotani atau hubungan antara manusia dan tumbuhan.
Menurut Anton, sebenarnya teknologi sudah maju. Adapun ada cara untuk memindahkan pohon bukan malah menebangnya.
“Harusnya jadi aset ekologis, aset negara untuk menyumbang serapan karbon. Dengan menjaga pohon Indonesia harusnya bisa diuntungkan, benar-benar jadi global kolaborator terkait perubahan iklim,” ujar Anton.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jombang, Miftahul Ulum yang menemui para pendemo menyampaikan terima kasih atas kritik dan sarannya di era keterbukaan ini.
Ia menjelaskan bahwa penebangan pohon itu dilakukan oleh dinas PUPR Jombang setelah mendapatkan persetujuan dari pihaknya. Penebangan pohon dilakukan karena akan dilakukan pelebaran jalan.
“Memang (pelebaran) jalan sudah direncanakan oleh dinas PUPR dan sudah melakukan ijin ke kami,” kata Ulum.
Diakui Ulum, ada ratusan barang pohon yang ditebang untuk pembangunan pelebaran jalan sepanjang 2 kilometer. Sebenarnya, kata Ulum, berat hati pohon-pohon asem itu ditebang. Namun, pembangunan pelebaran jalan pun harus tetap dilakukan.
Ia berjanji awal 2023 nanti Dinas Lingkungan Hidup akan melakukan penanaman pohon ulang di sepanjang jalan penghubung antar kecamatan tersebut.
Pada kesempatan itu juga terjadi tanya jawab antara massa aksi dengan Ulum. Para pegiat lingkungan tetap tidak rela dengan puluhan pohon berusia ratusan tahun itu ditebang. Tidak lama berselang aksi berakhir dengan tertib.
Dapatkan update berita menarik hanya di Jurnaljatim.com, jangan lupa follow jurnaljatim.com di google news instagram serta twitter Jurnaljatim.com