Jombang, Jurnal Jatim – Pahlawan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia (RI) tidak hanya Soekarno dan Hatta. Namun, banyak para tokoh yang turut berjuang dan rela berkorban untuk bangsa, di antara tokoh itu adalah para Kiai dan Ulama dari Jombang, Jawa Timur.
Para kiai zaman penjajahan tidak hanya sekedar mengajar dan menyiarkan agama Islam saja. Akan tetapi mereka juga ikut terlibat melawan para penjajah yang ingin menguasai bangsa ini.
Atas jasanya melawan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, para kiai itu mendapatkan gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah. Itu menjadi bukti bahwa pemerintah mengakui para kiai zaman itu punya andil besar dalam kemerdekaan Republik Indonesia.
10 November 2022 yang diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional mengingatkan para tokoh pejuang bangsa itu yang berkontribusi secara langsung maupun tidak terhadap kemerdekaan Republik Indonesia.
Berikut beberapa kiai juga pejuang NU asal Jombang, Jawa Timur yang telah dianugerahi pahlawan nasional oleh pemerintah. Berikut ulasan secara singkat sosok-sosok kiai di balik kemerdekaan Republik Indonesia yang dirangkum Jurnaljatim.com dari berbagai sumber.
1. Hadratussekh KH Hasyim Asy’ari
Hadratus Syekh Kh Hasyim Asy’ari adalah sosok di balik berdirinya Nahdlatul Ulama yang kini menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia. Ayahanda KH Abdul Wahid Hasyim ini memiliki jasa yang cukup besar dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
Hasyim Asy’ari dinilai berperan besar dalam pendidikan melalui NU dan melawan penjajah. Ia mencetuskan Resolusi Jihad NU yang isinya semangat perjuangan melawan para penjajah.
Pendiri Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur ini mendapat gelar pahlawan nasional oleh pemerintah pada 17 November 1964.
2. KH Abdul Wahid Hasyim
KH Abdul Wahid Hasyim merupakan putra KH Hasyim Asy’ari atau ayah dari Presiden ke 4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Abdul Wahid memelopori masuknya ilmu pengetahuan umum ke dunia pesantren di Tebuireng dengan mendirikan Madrasah Nidzmiyah. Yakni sistem klasikal diubah menjadi sistem tutorial. Selain pelajaran Bahasa Arab, murid juga diajari Bahasa Inggris dan Belanda.
Menjelang kemerdekaan 1945 di usianya 23 tahun, putra Abdul Wahid menjadi anggota Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Ayah KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) ini dengan segudang pemikiran tentang agama, negara, pendidikan, politik, kemasyarakatan, NU, dan pesantren, telah menjadi lapisan sejarah ke-Islaman dan ke-Indonesiaan yang tidak dapat tergantikan oleh siapapun.
Rumusan “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam Pancasila sebagai pengganti dari bunyi rumusan “Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluknya” tidak terlepas dari peran seorang Wahid Hasyim. KH Abdul Wahid Hasyim juga ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 17 November 1960.
3. KH Abdul Wahab Chasbullah
KH Abdul Wahab Chasbullah lahir pada 31 Maret 1988 dan wafat 29 Desember 1971. Putra KH Hasbulloh Said, Pengasuh Pondok Pesantren Tambakberas Jombang, Jawa Timur ini adalah salah seorang pendiri NU.
Kiai Abdul Wahab seorang ulama besar yang dikenal sebagai pendiri kelompok diskusi Tashwirul Afkar (pergolakan pemikiran), pendiri Madrasah Nahdlatul Wathan (kebangkitan negeri), pendiri Nahdlatut Tujjar (kebangkitan pedagang).
Ayah Bupati Jombang Mundjidah Wahab ini sejak 1924 mengusulkan agar dibentuk perhimpunan ulama untuk melindungi kepentingan kaum tradisionalis yang bermazhab. Usulannya terwujud dengan mendirikan NU pada 1926 bersama kiai lain.
KH Abdul Wahab adalah seorang ulama yang berpandangan modern, dakwahnya dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar, yaitu harian umum “Soeara Nahdlatul Oelama” atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama.
Kiai Wahab juga salah seorang penggagas Majelis Islam A’la Indonesia atau MIAI. Ia dipilih para kiai sebagai Rais ‘Aam PBNU meneruskan KH Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.
Ia juga pencetus dasar-dasar kepemimpinan dalam organisasi NU dengan adanya dua badan, Syuriyah dan Tanfidziyah sebagai usaha pemersatu kalangan Tua dengan Muda.
Abdul Wahab juga pernah menjadi Panglima Laskar Mujahidin (Hizbullah) ketika melawan penjajah Jepang. Ia juga tercatat sebagai anggota DPA bersama Ki Hajar Dewantoro. Pada 1926 menjadi Ketua Tim Komite Hijaz. KH Abdul Wahab Chasbullah mendapat gelar pahlawan pada 8 November 2014.
Dapatkan update berita menarik hanya di Jurnaljatim.com, Jangan lupa follow jurnaljatim.com di google news instagram serta twitter Jurnaljatim.com.