Jombang, Jurnal Jatim – BPBD Kabupaten Jombang, Jawa timur telah melakukan mitigasi daerah rawan bencana di wilayah setempat sebagai antisipasi menghadapi musim hujan. Pemetaan awal dari aliran Sungai Konto yang disebut masuk klaster bencana Gunung Kelud.
Awal Februari 2021 lalu, banjir terjadi di wilayah Kecamatan Bandarkedungmulyo yang berasal dari aliran sungai konto masuk ke Avour Besuk. Debit air tinggi mengakibatkan tanggul sungai jebol lalu air meluap ke pemukiman hingga merendam lebih dari 7 desa di wilayah itu dan berlangsung selama kurang lebih sepekan.
Dalam pemetaan BPBD Jombang saat ini, ada 20 desa yang berada di sepanjang aliran Sungai Konto rawan terdampak banjir. Puluhan desa tersebut berada di 4 Kecamatan, yaitu Ngoro, Gudo, Perak, dan Kecamatan Bandarkedungmulyo.
Rinciannya, Kecamatan Ngoro terdapat enam desa, yakni Ngoro, Genukwatu, Pulorejo, Banyuarang, Kauman, serta Desa Jombok. Kemudian di Kecamatan Gudo terdapat empat desa yang rawan. Meliputi Desa Begasur Kedamean, Gudo, Wangkal Kepuh, serta Desa Pucangro.
Lalu di Kecamatan Perak terdapat tiga desa, yakni Jatiganggong, Kepuhkajang, dan Sumberagung. Sedangkan di Kecamatan Bandarkedungmulyo terdapat tujuh desa rawan bencana. Masing-masing Desa Barongsawahan, Kayen, Gondangmanis, Bandarkedungmulyo, Mojokambang, Pucangsimo, serta Desa Brodot.
Kepala BPBD Jombang Abdul Wahab mengungkapkan jika pihaknya telah mengundang dan mengumpulkan 20 kepala desa (Kades) yang desanya rawan mengalami bencana. Itu dilakukan guna mitigasi serta kesiapsiagaan menghadapi bencana yang sewaktu-waktu datang ketika musim hujan.
“Kemarin kita undang bersama. Itu sebagai langkah kesiapsiagaan menghadapi banjir. Ada 20 desa yang kita undang,” kata Abdul Wahab, Sabtu (9/10/2021).
Kasi pencegahan dan kesiapsiagaan bencana BPBD, Jombang Syamsul Maarif, menambahkan, 20 desa rawan bencana tersebut masuk dalam klaster bencana Gunung Kelud. Karena sungai Konto merupakan jalur lahar dari Gunung Kelud.
“Pada saat musim hujan, sungai tersebut rawan meluap hingga terjadi banjir. Sebanyak 20 desa itulah yang berada di sepanjang aliran Sungai Konto,” katanya.
Oleh karena itu, menghadapi datangnya musim hujan, desa-desa tersebut diminta meningkatkan kesiapsiagaan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membentuk Destana (Desa Tangguh Bencana) di wilayah tersebut.
Yakni desa yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana. Serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan.
Dikatakan Syamsul, Destana juga memiliki kemampuan untuk mengenali ancaman bencana di wilayahnya dan mampu mengorganisir sumber daya masyarakat untuk mengurangi kerentanan. Juga sekaligus meningkatkan kapasitas masyarakat demi mengurangi risiko bencana.
“Kemampuan ini diwujudkan dalam perencanaan pembangunan yang mengandung upaya-upaya pencegahan, kesiapsiagaan, pengurangan risiko bencana dan peningkatan kapasitas untuk pemulihan pasca keadaan darurat. Ini tadi sudah kita sosialisasikan ke masing-masing. Target kita paling lambat sudah terbentuk Destana di 20 desa itu,” katanya.
Dia memastikan, desa rawan bencana jumlahnya bisa bertambah. Pasalnya, masih ada daerah aliran sungai lainnya yang selama ini rawan banjir. Di antaranya daerah aliran Sungai Gunting, Afvour Watudakon, Sungai Ngotok Ring Kanal, serta Sungai Marmoyo.
Dapatkan update berita menarik lainnya hanya di Jurnaljatim.com, jangan lupa follow Jurnaljatim.com di Google News.
Editor: Hafid