Guru Besar Unair Meninggal Dunia Setelah Berjuang Melawan COVID-19

Surabaya, Jurnal Guru Besar (Gubes) Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Jawa Timur, Profesor dr Suhatno SpOG (K)-Onk meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif selama tiga pekan.

Anggota (IDI) Surabaya, tersebut tutup usia pada Minggu (8/8/2021) setelah beberapa hari berjuang melawan infeksi COVID-19 di sakit.

Ketua IDI Surabaya, dr. Brahmana mengatakan mendiang sempat berjuang melawan infeksi COVID-19 sebelum tutup usia. Namun, ia tidak mengetahui pasti mendiang Suhatno memiliki penyakit bawaan atau komorbid.

“Meninggal dunia tadi pagi jam 06.35 (Minggu),” kata Ketua IDI Surabaya, dr Brahmana.

Suhatno terkonfirmasi masuk rumah sakit Husada Utama sejak 14 Juli 2021 lalu. Artinya, Suhatno sudah dirawat selama 25 hari sebelum mengembuskan napas terakhirnya.

“Sakit sejak 14 Juli 2021, COVID-19, dirawat di RS Husada Utama,” ucapnya.

dr Brahmana menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya Suhatno. Semoga amal dan mendiang diterima oleh dan mendapatkan tempat terbaik.

“Semoga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan ketabahan oleh Allah SWT,” ujarnya.

Sementara itu  Jenazah profesor Suhatno sempat disemayamkan di halaman FK Unair. Seluruh rekan seprofesi, dekanat dan akademik civitas FK Unair juga menggelar salat jenazah dengan prosedur pemulasaran jenazah ketat.

Jenazah tetap berada di dalam mobil . Usai salat jenazah dan ambulans menuju lokasi pemakaman di .

Prof Suhatno menjadi guru besar ketiga di FK Unair yang meninggal dunia selama masa COVID-19. Prof Suhatno adalah Guru besar sekaligus dokter RS Husada Utama.

“Sudah ada tiga guru besar yang meninggal dunia. Prof Suhatno ini juga merupakn guru saya. Beliau itu sangat sederhana sekali,” kata Dekan FK Unaiar, Budi Susanto.

Prof Suhatno merupakan Alumni FK UNAIR lulusan Tahun 1970. Ia lulus dokter di Fakultas Kedokteran UNAIR keahlian Ilmu Kebidanan dan penyakit kandungan tahun 1976. Kemudian di tahun 2003, ia mendapat gelar spesialis konsultan ilmu kebidanan dan penyakit kandungan.

Prof Suhatno mulai mengabdikan diri di FK UNAIR Tahun 1971 dan diangkat menjadi Guru Besar UNAIR Tahun 2010.

Prof Suhatno wafat meninggalkan istri, Endang Hartiningsih. Serta dua orang putri, dr. Diar Mia Ardani, Sp.THT dan Niken Hatma Reni, MBA dan dua cucu, Ardiar Rahmannada Laksanadi dan Tasya.

 

Editor: Azriel