Jombang, Jurnal Jatim – Kebutuhan makanan korban banjir dua hari karena luapan air Sungai Konto, di Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, Jawa Timur berasal dari hasil jimpitan. Sebab, hingga saat ini warga belum mendapat bantuan makanan.
Jimpitan merupakan iuran sukarela dari masyarakat setempat berupa uang atau beras yang dikumpulkan melalui petugas yang ditunjuk warga. Jimpitan itu sudah lama dan menjadi tradisi.
“Untuk kebutuhan sehari-hari, sementara di desa sini diambilkan dari jimpitan dan dibantu oleh pihak pemerintahan desa,” kata Hadi Sucipto, LPMD Talunkidul, Kecamatan Sumobito, Jombang, Selasa (16/2/2021).
Untuk diketahui, banjir telah melanda dua desa di Kecamatan Sumobito. Yakni Desa Talunkidul dan Desa Madiopuro. Banjir menggenangi permukiman warga sejak Minggu (14/2/2021) hingga Selasa (16/2/2021) dengan ketinggian air 130 sentimeter.
“Yang terdampak banjir itu, Dusun Balongsono Desa Talunkidul dan Dusun Grudo Desa Madiopuro,” ucap Hadi disela membantu korban banjir bersama sejumlah relawan.
Dia menjelaskan, banjir sejak Minggu malam itu, hari ini sudah mulai surut. Berdasarkan catatan dia, banjir paling dalam 130 sentimeter dan yang terendah sekitar 40 sentimeter di RT 03 dan di RT 06 sekitar 80 sentimeter.
“Rumah yang terdampak banjir, di RT 03 jumlahnya 32 rumah, kemudian RT 05 ada 40 rumah dan di RT 06 terdapat 9 rumah serta RT 4 ada sekitar 8 rumah,” Hadi merinci.
Warga yang rumahnya terkena banjir sampai saat ini tidak mengungsi. Mereka tetap berada di rumahnya masing-masing, bertahan dalam genangan air yang bisa naik sewaktu-waktu.
Menurut Hadi, banjir di kampungnya disebabkan karena sungai Konto aliran dari wilayah Kecamatan Wonosalam, Jombang meluap setelah diguyur hujan deras.
“Luapan dari konto yang tidak bisa mengalir ke timur di karenakan air dari kaligunting terlalu deras,” katanya.
Sementara itu, Suidah Kayanah (39), warga Desa Madiopuro mengungkapkan bahwa selama dua hari terkena banjir, ia mengaku tidak mendapat bantuan dari pemerintah, terutama bantuan makanan.
Bantuan air bersih pun baru didapat hari ini setelah genangan air berkurang. Padahal saat banjir terjadi, air bersih itu sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Dari kemarin itu tidak ada bantuan dari pemerintah, cuma air bersih ini tadi. (Sebelumnya) menggunakan air sumur, tapi ya airnya keruh tidak seperti biasanya jernih itu,” ungkap Suidah
Ia melanjutkan, genangan air saat ini sudah mulai berkurang. Awalnya hampir satu meter, saat ini ketinggian air sekitar 50 sentimeter. Setelah surut, sejumlah warga termasuk dirinya merasakan gatal-gatal.
“Iya, sekarang yang dirasakan gatal-gatal kaki pada bagian kaki ini mas,” kata dia sembari menunjukkan kedua telapak kakinya yang gatal.
Ibu rumah tangga itu berharap kepada pemerintah peduli terhadap warga yang terkena bencana alam seperti banjir. Sebab, selama ada banjir, warga tak bisa melakukan aktivitas.
“Kalau ada bencana seperti ini, ya tolong ada bantuan, soalnya kan ga bisa aktivitas bekerja, jualan juga ga bisa,” tutup Suidah berharap.
Editor: Hafid