Jombang, Jurnal Jatim – Bupati Jombang Mundjidah Wahab menyampaikan KH. Abdul Wahab Chasbullah merupakan salah satu ulama besar di Indonesia dan juga merupakan inspirator, pendiri dan penggerak Nahdlatul ulama.
Kiai Wahab juga Pahlawan Nasional yang mempunyai visi untuk menegakkan ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat melalui prinsip Ahlussunnah Wal Jam’aah.
Hal itu disampaikan Bupati Mundjidah dalam sambutannya di acara seminar Internasional “Kepeloporan KH. Abdul Wahab Chasbullah dalam Komite Hijaz dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Keislaman” di pendopo Kabupaten Jombang pada Minggu (5/2/2023).
Seminar untuk menyambut Harlah 1 Abad NU tersebut juga diputarkan video ucapan selamat peringatan 1 Abad NU dan Sekilas Biografi KH Wahab Chasbullah.
Menurut Bupati Mundjidah Wahab, KH Abdul Wahab Chasbullah terus secara konsisten memperjuangkan agama dan syiar Islam di Indonesia semasa hidupnya.
Ketokohannya dalam bidang agama dan pendidikan keagamaan, tidak hanya dikenang dalam lingkup keluarga maupun mereka yang pernah menimba ilmu agama kepada Kiai Wahab semasa hidupnya, tetapi sudah menjadi wasiat dan nilai hikmah bagi kita semua untuk berkewajiban turut berdoa dan bermunajad untuk kemuliaan Kiai Wahab di sisi Allah SWT.
“Ketokohan dan keilmuan yang dimiliki beliau, telah diakui sejumlah kalangan, apalagi di lingkungan organisasi Nahdlatul Ulama (NU),” ujarnya.
Bupati mengatakan, Kiai Wahab merupakan pencetus dasar-dasar kepemimpinan dalam organisasi NU. Kebebasan berpikir dan berpendapat yang dipelopori Kiai Wahab merupakan warisan terpenting Kiai Wahab kepada kaum Muslim Indonesia.
Kiai Wahab telah mencontohkan kepada generasi penerusnya bahwa prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat dapat dijalankan dalam nuansa keberagamaan yang kental. Prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat tidak akan mengurangi ruh spiritualisme umat beragama dan kadar keimanan seorang muslim.
“Dengan prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat, kaum muslim justru akan mampu memecahkan problem sosial kemasyarakatan dengan pisau analisis keislaman,” ujarnya.
Terkait tema Seminar Internasional itu, Komite Hijaz merupakan sebuah kepanitiaan kecil yang dikomandani Kiai Abdul Wahab Chasbullah atas restu Hadratussekh KH. Hasyim Asy’ari.
Komite Hijaz dibentuk pada tahun 1924-1925. Pembentukan komite tersebut sesungguhnya merupakan respons atas ancaman kebijakan antipluralitas mazhab yang akan digulirkan oleh Ibnu Saud, seorang Raja Nejad yang monolitik pandangan bermazhabnya.
Di luar pandangan monolitiknya dalam bermazhab, sesungguhnya yang menjadi keresahan utama kala itu adalah ancaman “pemutusan batin” antara umat Islam dan panutannya: Nabi Muhammad SAW. Situs bersejarah, termasuk makam Nabi Muhammad, diancam akan dibongkar.
Hal itu menjadi keresahan serta kegelisahan semua umat Islam kala itu. Namun sejarah mencatat, hanya umat Islam dari Indonesia melalui Komite Hijaz yang berani menyampaikan keberatannya terhadap kebijakan Ibnu Saud tersebut.
Misi yang diemban Komite Hijaz adalah menemui Raja Saudi (Tanah Hijaz) Ibnu Sa’ud, untuk menyampaikan pesan ulama pesantren di Indonesia, yang meminta agar raja tetap memberikan kebebasan berlakunya hukum-hukum ibadah dalam madzhab empat di tanah haram.
Utusan para ulama pesantren dengan nama Komite Hijaz itu menuai hasil gemilang, raja menjamin kebebasan beramaliyah dalam madzhab 4 di tanah haram, dan tidak ada penggusuran makam nabi Muhammad SAW, dan para sahabatnya.
Pada gilirannya, Komite Hijaz itulah yang menjadi embrio lahirnya organisasi Nahdlatul Ulama (NU), selain tentu saja embrio-embrio lain bernama Nahdlatut Tujjar yang terlebih dahulu sudah eksis peranannya.
“Dengan adanya seminar ini, semoga semua kita semua dapat semakin memahami sikap kepahlawanan dan kecintaan Mbah Wahab kepada NU dan tanah air ini. Kita sudah seharusnya meneladani semua gerakan yang sudah beliau ditorehkan untuk Indonesia dan membesarkan NU hingga saat ini,” ujarnya.
Oleh karena itu, Bupati Mundjidah mengajak para Kiai dan ulama serta seluruh kaum muslimin untuk secara bersama-sama meneruskan perjuangan K.H. Abdul Wahab Chasbullah guna mewujudkan kesalehan sosial, baik secara individual maupun secara kolektif.
“Karena tanggung jawab membangun bangsa bukan merupakan tanggung jawab pemerintah semata, tetapi merupakan tanggung jawab kita bersama”, ajak putri KH Abdul Wahab Chasbullah ini.
Pada kesempatan itu, Bupati Mundjidah juga mengajak untuk selalu menyebarkan ajaran Islam Rahmatan Lil ‘Alamin, yakni ajaran yang lebih mengedepankan nilai toleransi dan moderat.
Hadir dalam seminar tersebut, Ketua Umum Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum; Ketua Majelis Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum; Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum; KH. Mun’im, DZ; Prof. Dr. KH. Asep Abdul Chalim, KH. Zuhairi Misrawi (Dubes RI untuk Tunisia) selaku narasumber, KH. D. Zawawi Imron, para kiai, ulama, dan keluarga besar almarhum KH. Abdul Wahab Chasbullah.
Dapatkan update berita menarik lainnya hanya di Jurnaljatim.com, jangan lupa follow jurnaljatim.com di google news dan akun instagram Jurnaljatim.com.