Jombang, Jurnal Jatim – Komunitas Gusdurian safari Natal 2021 di sejumlah Gereja di Jombang Jawa Timur untuk mempererat kerukunan antarumat beragama yang telah terjalin dengan baik. Di antaranya Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Mojoagung; GKJW Bongsorejo Diwek serta Gereja Kristen Indonesia (GKI), Sabtu (24/12/2019).
“Kami ucapkan selamat Natal untuk semua umat Kristiani,” kata koordinator Gusdurian Jombang, Aan Anshori saat berada di GKI Jombang, Jalan Buya Hamka.
Rombongan Gusdurian yang safari Natal berjumlah sekitar delapan orang wanita dan laki-laki dengan penutup kepala jilbab dan berpeci. Komunitas pecinta Gus Dur (Abdurrahman Wahid) itu masuk ke dalam ruangan sesaat setelah Misa Natal.
“Bagi kami, semakin dia Islam, semakin mencintai agama yang lain, bukan malah benci agama yang lain. Dengan hadirnya kami ini akan merekatkan hubungan yang selama ini sudah terjalin dengan baik,” kata Aan Anshori.
Aan menuturkan Jombang sebagai Kota Santri memiliki potensi besar untuk menebarkan toleransi yang harus terus diajarkan kepada generasi berikutnya.
Sementara Pendeta GKI Jombang, Diyah Nooraini Kristianti mengungkapkan, hadirnya komunitas Gusdurian Jombang bukanlah hal yang baru, karena sudah berlangsung dari tahun ke tahun.
“Gusdurian adalah bagian dari sahabat GKI. Jadi salah satu visi kami menjadi tuhan yang Esa di tengah dunia, jadi bersama dengan yang lain. Kebersamaan dengan Gusdurian, dan lintas agama termasuk dengan sekolah pancasila itu sudah lama,” katanya.
Pdt Diyah menyebut, kebersamaan yang dibangun itu sebagai salah satu upaya untuk menghilangkan prasangka yang menjadi akar dari ketidakharmonisan yang kerap terjadi.
“Mau gak mau, harus dilakukan terus menerus seperti saat ini,” tutur Diyah yang pernah bertugas menjadi pendeta di Banyuwangi tersebut.
Diyah menceritakan, tahun 2019 silam sebelum pandemi, pada puasa ramadan, sekolah yang berada berada di bawah naungan GKI mengundang salah satu madrasah ibtidaiyah di Jombang.
Karena saat itu waktunya mendesak untuk salat maghrib, akhirnya lesehan salat magrib di halaman sekolah itu. Dan waktu itu yang memegang selang air dari anak-anak Petra, sedangkan anak-anak MI yang wudu di air itu.
“Jadi, memang dari anak anak sudah kami ajari kebersamaan seperti itu,” kata dia.
Ia menambahkan, generasi yang muda itu harus dibentuk menjadi generasi yang bebas prasangka. Umat Kristen memandang yang muslim tidak dengan perasaan prasangka, sebaliknya muslim juga begitu. Sehingga kebersamaan itu akan terus terjalin dengan harmonis.
Dapatkan update berita menarik lainnya hanya di Jurnaljatim.com, jangan lupa follow Jurnaljatim.com di Google News.
Editor: Azriel