Jombang, Jurnal Jatim – Bupati Jombang Jawa Timur Mundjidah Wahab mengajak anak yatim yang ibunya meninggal dunia karena COVID-19 untuk belajar dan tinggal di pondok pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang.
Bupati menyampaikan itu saat melihat kondisi tiga orang anak yatim yang saat ini tinggal di rumah isolasi terpusat (Isoter) di SMP Negeri 1, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang pada Minggu siang, (22/8/2021).
Ketiga anak yatim yang masih saudara kandung itu adalah BRM (15), AR (12) dan AF (4) berasal dari Desa Catakgayam, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jatim.
BRM sebagai saudara tertua merupakan pelajar SMA, kemudian adik pertamanya AR siswa SMP dan adik keduanya balita. Mereka yatim Ibunya bernama Fitrianti (39) yang berprofesi sebagai guru les privat meninggal positif COVID-19 di RSK Mojowarno pada Minggu (15/8/2021) malam.
“Ini tadi mau (bersedia) anaknya, tak ajak ke pesantren. Yang SMA sama SMP tak ajak ke (Pondok) Tambakberas, yang kecil titipkan di panti asuhan. Jadi biar sama- sama tenang, kakaknya yang dua ini juga sudah ga mikir adiknya,” kata Mundjidah setelah bertemu ketiga orang anak tersebut.
Kuliah beasiswa gratis
Selama di Pondok keberlangsungan hidup mereka akan terjamin. Tak hanya itu, pendidikannya juga gratis hingga ke kuliah di Perguruan Tinggi melalui program beasiswa.
“Kalau anak ini SMP Negeri, pindahnya ke MTs Negeri, kalau swasta ya di swasta. Nanti ujian persamaannya bisa diikuti,” tutur Mundjidah yang juga salah satu pengasuh di Ponpes, Bahrul Ulum Tambakberas tersebut.
“Siap (kuliahkan). Di pondok saya itu ada 20 orang lebih (gratis) mulai dari Madrasah Tsanawiyah, Aliyah. Bahkan (ada) sampai saya kawinkan. Itu sudah sejak dahulu,” lanjut putri pendiri dan penggerak Nahdlatul Ulama, KH Abdul Wahab Chasbullah tersebut.
Mundjidah menambahkan, kondisi kesehatan ketiga anak tersebut semakin membaik setelah selama satu pekan terakhir menjalani isolasi di rumah sehat bersama pasien COVID-19 yang saat ini berjumlah 13 orang. Pasien yang isolasi di tempat itu tanpa gejala dan bergejala ringan.
“Laporan dari Puskemas (kesehatannya) membaik dan sudah makan. Tadi saya tanya sendiri, makannya sudah enak dan dua hari lagi sudah bisa keluar,” ujarnya.
Terkait dengan dimungkinkan adanya anak-anak ‘korban COVID-19’ disejumlah wilayah lain di Kabupaten Jombang, bupati perempuan pertama di Jombang itu meminta, pihak aparat Desa hingga Kecamatan di Kabupaten Jombang aktif melakukan pengecekan dan pendataan secara lengkap.
Kemudian dikoordinasikan dengan dinas sosial atau dinas terkait lainnya agar mereka bisa terbantu pendidikannya dan mendapatkan bantuan lainnya.
“Apalagi (anak yatim dan piatu) yang orangtuanya meninggal karena COVID-19, ini harus didata lengkap. Anak itu diurus siapa, kesehatannya seperti apa, dan termasuk yang merawat juga siapa, itu harus terseleksi semua. Terutama yang kena COVID-19,” imbuhnya.
Ibunya meninggal COVID-19
Berdasarkan pantauan pada saat di rumah sehat, Mundjidah memberikan bantuan untuk anak anak berupa buku gambar, buku mewarna, buku cerita dan crayon kue kering dan susu. Sedangkan untuk dewasa kue onde-onde dan buah pisang dan jeruk serta uang kepada masing-masing warga yang isolasi.
Untuk sebatas diketahui, tiga orang anak berusia 15 tahun, 12 tahun, dan 4 tahun tinggal di rumah sehat, tempat untuk pasien COVID-19 melakukan isolasi yang disediakan Pemkab Jombang.
Ketiga anak itu masih saudara kandung. Yakno BRM (15), AR (12) serta AF (4) asal Desa Catakgayam, Mojowarno, Jombang.
Mereka terpaksa dibawa ke rumah isolasi terpusat karena ketiganya tidak memungkinkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumahnya. Ketiga anak yatim itu tidak memiliki orang tua ataupun orang dewasa dalam satu rumah.
Sebelum ibunya meninggal akibat COVID-19, ketiganya sudah ditinggalkan ayahnya karena cerai. Adapun sang nenek yang sebelumnya sempat tinggal bersama, kondisi kesehatannya juga tidak stabil dan saat ini tinggal di rumah kerabatnya.
Editor: Azriel