Selama Dua Bulan, 29 Dokter di Jombang Terpapar COVID-19

Jombang, Jurnal Jatim – Sebanyak 73 orang dokter di Jombang, Jawa Timur, telah terpapar COVID-19. Jumlah itu merupakan akumulasi selama menyerang Indonesia yang terdata di Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Jombang.

“Total sejak pandemi sampai sekarang 73 dokter terpapar COVID-19,” kata Ketua Satgas COVID-19 IDI Cabang Jombang, dr M. Sjarifuddin, Minggu (18/7/2021).

Dari jumlah itu,  29 orang di antaranya masih menjalani perawatan di rumah sakit dan sebagian isoman (isolasi mandiri). Satu orang tenaga atau terinfeksi COVID-19.

Sjarifuddin menjelaskan, ke 29 orang itu terpapar kurun waktu 2 bulan terakhir, yakin Juni dan Juli 2021 atau sejak pasca- Idulfitri di saat virus corona mulai mengganas dengan .

“Pada bulan Juni dan Juli masih menjadi kasus aktif 29 orang. Ada yangg dirawat di Rumah Sakit dan ada yang isoman. Meninggal satu orang, tapi beliau sudah lama tidak praktek dokter,” katanya.

Banyaknya tenaga medis yang terpapar, Sjarifuddin  meminta para tenaga kesehatan untuk tetap sabar, semangat, serta menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga. Saling memberi support antar tenaga kesehatan tidak memandang institusi atau bendera apapun.

“Meningkatkan kewaspadaan diri dan keluarga terhadap risiko penularan (APD harus standar, cara mengenakan dan melepas harus sesuai standar, tidak melakukan atau mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat kerumunan, dan lain-lain) serta mengurangi jam praktek atau membatasi jumlah dan jenis pasien,” tuturnya.

Dia berharap pemerintah pusat untuk memperketat prosedur karantina, tracing dan testing di pintu-pintu masuk Internasional untuk menekan laju penyebaran COVID-19 yang semakin mengganas.

“Juga upaya maksimal untuk menjamin ketersediaan alat pelindung diri (APD) dan obat serta memperlancar distribusinya,” katanya.

Direktur Rumah Sakit Islam (RSI) itu berharap pemerintah daerah memberi support bagi seluruh tenaga (staf) fasilitas kesehatan yang telah terpapar, termasuk bagi non tenaga kesehatan.

Selain itu, pihaknya juga meminta segera mengkaji dan mempersiapkan Rumah Sakit khusus COVID-19. Hal itu demi memperbaiki layanan perawatan kasus COVID-19 dan lebih mempermudah pengaturan zonasi tingkat keamanan bagi tenaga kesehatan.

“Kami minta jangan membuat kegiatan-kegiatan yang menimbulkan kerumunan seperti vaksinasi, santunan BLT, dll. Modifikasi sehingga tidak timbul kerumunan dan tepat sasaran (door to door, dan lain-lain),” ujarnya.

Sjarifuddin juga meminta masyarakat untuk disiplin 6M dan mewaspadai titik-titik lengah penularan, seperti kegiatan makan bersama, aktivitas di ruang tertutup menggunakan AC, dan lainnya.

Masyarakat juga diharapkan untuk membudayakan double masker sehingga tidak mudah ditembus virus. Tak hanya itu, upaya rohaniah juga dilakukan dengan semakin mendekat ke Allah SWT untuk meningkatkan kualitas, kuantitas ibadah dan doa.

“Saling memberi support moral dan atau material kepada yang terpapar beserta keluarganya,” pesan Sjaifuddin lagi.

Masyarakat, kata dia, juga diharapkan untuk selalu meningkatkan kewaspadaan dan memeriksakan diri bila terdapat atau muncul keluhan gejala COVID-19.

“Serta selalu update valid mengenai COVID-19 dan memfilter informasi-informasi hoaks yang menyesatkan dan atau meresahkan,” ujarnya.

 

Editor: Azriel