Jombang, Jurnal Jatim – Pemerintah Desa Pacarpeluk, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur menutup satu akses jalan antar desa setelah ditemukannya delapan warga setempat dinyatakan positif COVID-19 dan isolasi msndiri di rumah. Penutupan itu untuk meminimalisir mobilitas warga mencegah penularan COVID-19.
Pantauan, jalan ditutup menggunakan palang bambu disertai pengumuman area isolasi mandiri. Akses jalan yang dipalang warga berada di RT 03 RW 02 yang merupakan jalan raya penghubung dengan salah satu desa di Kecamatan Tembelang.
”Supaya tidak ada interaksi dengan orang luar, akhirnya saya tutup. Jadi biar mobilitas terbatasi. Tidak ada yang riwa-riwi,” kata Kepala Desa (Kades) Pacarpeluk, Megaluh, Bambang, Jumat (23/7/2021).
Belum diketahui pasti berakhirnya penutupan sejak Selasa (20/7/2021) lalu. Namun, pemdes menargetkan lima hari sembari menunggu hasil perkembangan mereka. Selama penutupan, masyarakat diminta tidak masuk ke area itu dan mengalihkan ke jalan lain.
“Ada tracing dari satgas COVID-19 kecamatan bahwa warga kami ada yang terpapar sebanyak 8 orang di satu jalur itu, untuk membatasi mobilitas warga, dengan terpaksa kita sekat tutup dengan harapan mobilitas warga tidak berinteraksi dengan yang terpapar. Untuk selama ini jalur yang dilalui itu kita alihkan, tidak begitu jauh pengalihan arus itu ada aja,” katanya.
Bambang menyebut, kedelapan orang warganya yang terpapar COVID-19 itu menghuni di tiga rumah. Rinciannya masing-masing empat, tiga dan satu orang. Mereka terpapar kategori tanpa gejala usai mendatangi takziah di luar kota.
“Kalau dari tracing, perkiraan beliau-beliau ini yang 6 orang (positif) setelah takziah dari Mojokerto. awalnya begitu terindikasi 3 orang terus ditambah lagi 1 keluarga, dan keluarga lainnya,” katanya.
Bambang menyebut, biasanya di desanya jika ada yang sakit, warganya berbondong-bondong untuk menjenguk ke rumah memberikan support. Nah, dengan penutupan jalan disertai pemberitahuan dan pengumuman, diharapkan warga untuk menghindari sementara waktu untuk mencegah penyebaran lebih luas.
“Di desa ini kalau ada tetangga yang sakit banyak yang anjangsana (menjenguk). Dikasih sekat biar (warga) tahu tidak seperti dulu. Alhamdulillah sadar, setelah ada warning dari pemdes ini ada isolasi mandiri, itu bukan aib tapi penyakit,” katanya.
Selain meminta warga sebisa mungkin untuk tidak berinteraksi secara langsung dengan delapan orang sampai hasil swab mereka keluar negatif COVID-19, Pemdes setempat setiap hari mencukupi kebutuhan kedelapan orang yang sedang isolasi mandiri di rumahnya itu.
“Pemdes berupaya meringankan beban mereka dengan memberi bantuan biaya hidup, dikasih bantuan beras, telur dan minyak dan nanti untuk kebutuhan sayur mayur kita bantu dengan uang Rp50 sebagai tambahan,” ujarnya.
Editor: Azriel