Jombang, Jurnal Jatim – Masyarakat yang terdampak bencana banjir luapan air sungai Avur Besuk, Kecamatan Bandarkedungmulyo, Jombang, kini mulai terserang penyakit gatal-gatal dan juga diare.
Sudarto, (59), warga Dusun Simo, Desa Pucangsimo, Kecamatan setempat mengemukakan bahwa dia dan warga sekitar mulai merasakan gatal-gatal akibat banjir di tempat tinggalnya mulai Jumat 5 Februari lalu.
“Banjir mulai Jumat sampai sekarang. Bantuan ya agak kelewat sedikit. Kalau konsumsi makanan mulai ada. Sekarang merasakan gatal, terutama di kaki dan tangan, seperti kutu air,” kata Sudarto yang rumahnya terendam banjir, Selasa (9/2/2021).
Dia mengaku belum menerima bantuan obat dari pemerintah setempat. Selama ini, kebutuhan obat dia membeli sendiri. Untuk itu, ia berharap kondisi kesehatan warga juga diperhatikan pemerintah.
“Belum ada bantuan pemerintah, obat-obatan sementara beli. Belum ada sama sekali. Harapannya, supaya pemerintah memberi bantuan obat obatan juga,” kata pria paruh baya itu.
Penyakit gatal juga dirasakan sejumlah warga Desa Gondangmanis, Kecamatan setempat yang sudah sekitar 4 hari ini mengungsi karena perkampungannya dilanda banjir. Di pengungsian itu warga dengan tidur beralaskan tikar dan terpal.
Setiobudi (34), salah satu warga yang berada di pengungsian menuturkan, dia dan sejumlah warga lain kini merasakan gatal-gatal terutama pada kakinya.
“Ya kalau gatal, seperti jamur kulit, kan airnya dari kali. Kebanyakan kaki gatal, soalnya kita kan masuk ke dalam desa menyelamatkan barang yang belum terselamatkan,” tutur Setiobudi ditemui bersama pengungsi lainnya.
Budi menyampaikan bantuan makanan dan obat-obatan yang datang sudah diterima oleh warga yang mengungsi di tempat itu. Bahkan, kata dia, jika ada warga yang sakit diminta untuk periksa ke Puskesmas setempat.
Bantuan yang sudah diterima, kata Budi, di antaranya makanan; pakaian layak pakai; serta sejumlah obat seperti obat batuk, obat masuk angin; minyak kayu putih, dan vitamin ketahanan tubuh.
“Kalau pakaian layak pakai sudah dapat, (bantuan) selimut sama tikar belum merata,” sebutnya.
Ia sedikit mengutarakan suka dan duka berada di tenda pengungsian bersama warga. Jika lampu padam dan hujan, dia dan pengungsi lainnya tidak bisa tidur sampai hujan itu reda.
“Sukanya di sini ya bisa berkumpul, tapi dukanya kalau malam lampu mati, hujan tidak bisa tidur. Tikarnya digulung, kita duduk berdoa sambil menunggu reda,” tuturnya.
Editor: Hafid