Jombang, Jurnal Jatim – Keturunan Tionghoa di tempat ibadah Tri Dharma Hong San Kiong Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur menyambut dewa turun ke bumi tanpa adanya pagelaran Barongsai lantaran masih dalam kondisi pandemi. Mereka mengganti dengan wayang Potehi.
Dewa dan Dewi itu diyakini turun pada hari keempat pada bulan pertama Tahun Baru Imlek 2572 atau tahun 2021 setelah selesai membuat laporan tahunan tentang perilaku baik buruknya suatu keluarga di bumi.
Budiharto, Pengurus Tri Dharma Hong San Kiong Gudo, Kabupaten Jombang menjelaskan para dewa turun ke dunia pada tanggal 15 Februari 2021 dan umat melakukan kegiatan ritual sembahyang.
“Di sini kegiatan Imlek terakhir sampai tanggal 15 Januari 2021 (besok), ada sembahyang lagi karena kan para dewa turun ke dunia lagi,” kata Budi ditemui Jurnal Jatim di tempat ibadah Tri Dharma Hong San Kiong Gudo, Jombang, Minggu (14/2/2021).
Selain menggelar ritual sembahyang dan berdoa, sejumlah kue yang tersaji di dalam kelenteng juga dibagikan kepada umat dan warga yang mau menerima.
“Terus semua kue-kuenya itu langsung kita bagi ke pengurus, umat atau siapa saja yang mau,” katanya.
Doa pandemi berakhir
Ritual tahunan seperti itu digelar hanya setahun sekali. Harapannya, dewa dan dewi yang turun dari langit membawa berkah dan perdamaian bagi seluruh umat di dunia.
Budi mengungkapkan, tahun baru Imlek 2021 ini, warga keturunan Tionghoa yang sembahyang di kelenteng Hong San Kiong berdoa agar pandemi segera usai dan aktivitas perekonomian kembali normal.
“Berdoa semoga pandemi COVID-19 ini segera berakhir serta perekonomian kembali normal seperti semula,” ujarnya.
Selama kegiatan sembahyang, dilakukan dengan protokol kesehatan secara ketat sesuai dengan anjuran pemerintah. Pihaknya juga meniadakan beberapa tradisi untuk mencegah kerumunan dan potensi penularan COVID-19.
“Tradisi perayaan barongsai ditiadakan karena masih dalam suasana pandemi COVID-19. Sampai tanggal 15 nanti, wayang Potehi kita tampilkan, itupun penonton tidak begitu banyak, tujuannya sesungguhnya buat menghibur para dewa,” jelasnya.
Sebatas diketahui, temapt ibadah Tri Dharma Hong San Kiong merupakan kelenteng tertua di Jombang. Budi mengaku tidak ada secara tertulis berdirinya kelenteng itu, sampai saat ini diketahui renovasi pertama tahun 1844 silam.
“Awal mulanya, kelihatannya dari para tukang di Pabrik Gula Gudo sini, karena mereka komunitas akhirnya mendirikan tempat ibadah di sini. Dan (saat itu) masih dalam bentuk kaleng. Seiring semakin bertambah umat, perlahan direnovasi hingga sekarang seperti ini,” pungkasnya.
Editor: Azriel