SIDOARJO, (Jurnaljatim.com)– Bandeng asli Sidoarjo memiliki ciri khas yang membedakan dengan bandeng dari daerah lain. Rata-rata berbibir merah dan punggungnya berwarna hitam serta keras dan tidak berbau tanah.
Plt Kepala Dinas Perikanan Sidoarjo Bachruni Ariyawan mengatakan, potensi budidaya bandeng di Sidoarjo, sangatlah besar. Sehingga setiap tahun diadakan kontes timbang dan lelang bandeng kawak yang merupakan budidaya tambak asli dari Sidoarjo.Tentunya, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pembudidaya bandeng.
“Sebelum ikut kontes, kami survei dulu. Intinya, bandengnya tidak memiliki cacat secara fisik,” tandasnya, Selasa (12/11/2019).
Dalam penimbangan bandeng tahun ini, yang paling besar dengan berat 7,66 kg milik petambak Moh. Sanaji asal desa Kalidawir RT 04/01 Tanggulangin Sidoarjo, dengan usia bandeng sekitar 8 tahun.
“Dengan berat segitu, tentunya cara mengelolah memang sulit. Bandengnya juga dikelola secara alami, dan dari tambak tradisional,” jelasnya.
Bupati Sidoarjo, Saiful Ilah menambahkan, hasil dari lelang bandeng untuk kegiatan yang bersifat sosial. Seperti membantu fakir miskin, dan biaya pengobatan bagi warga Sidoarjo yang tidak mampu serta lainnya.
Kegiatan timbang dan lelang bandeng dilaksanakan sejak tahun 1962 di era Bupati Samadikun hingga saat ini yang menjadi tradisi dan icon Sidoarjo. “Kita pernah mendapatkan hasil lelang sekitar 2 miliar. Semua, tergantung dari berat dan nilai lelang bandeng,” imbuhnya.
Editor: Hafid