JOMBANG (Jurnaljatim.com) – Harga ayam potong rendah dikeluhkan oleh peternak di Jombang. Peternak sendiri mengaku sudah berbuat maksimal untuk proses budidaya, namun berbanding terbalik dengan harga jual.
Sunaryo (65) tahun peternak sapi di Kecamatan Peterongan, Jombang mengaku sudah cukup berbuat untuk membuat kualitas ternak ayamnya bagus. Masa 36 hari perawatan dirinya memastikan kondisi ternak bagus.
“Cuman yang tidak bagus harganya mas,” kata Sunaryo kepada sejumlah jurnalis saat menimbang ayam hasil panen, Jumat (28/6/2019).
Jika kondisi harga tetap begini, bisa membuat para peternak tidak mampu melanjutkan usaha ternak ayam potong, termasuk dirinya. Ia mengakui sudah ada kenaikan, namun tidak terlalu besar. Harga jual saat masih dibawah harga kontrak.
“Dari Rp 6.000 menjadi Rp 9.000 sekarang,” lanjutnya.
Sunaryo melakoni usaha ternak sudah dari tahun 1997, baru pada tahun 2019 mengalami kondisi harga jual yang rendah. Sempat ada penurunan harga waktu ada kejadian flu burung, tapi itu musibah. Dengan total hewan ternak ayam potong sebanyak 20 ribu ekor, dirinya mengaku rugi di biaya operasional.
“Solusi dari pemerintah, semoga segera diatasi masalah ini,” ungkapnya.
Bagi peternak di Jombang, kondisi harga ayam saat ini bisa membuat langkah budidaya terhenti. Untuk Sunaryo sendiri dalam satu kali periode atau 36 hari, biaya DOC, pakan, obat-obatan, listrik dan membayar pekerja bisa menelan biaya sekitar 50 juta rupiah.
Sebelumnya, tanggal 26 Juni 2019 berdasarkan penuturan Pedagang ayam, Teguh (35) Tahun warga Gudo mengatakan dirinya membeli ayam di peternak seharga Rp 8.000. Jika dihitung dengan biaya pengiriman dan pembersihan ayam sehingga siap jual, bisa mencapai Rp 23.000 di pasar.
“Iya, harga ayam turun,” kata Teguh kepada redaksi Jurnaljatim.com.
Menurutnya, jika tidak ada langkah cepat dari pemerintah untuk menstabilkan harga, bisa dipastikan para peternak akab mengalami kerugian dan tidak bisa melanjutkan berternak.
Editor: Hafid