Kita semua tahu, sekarang ini masih panas-panasnya aksi unjuk rasa yang berujung bentrok, karena adanya provoktor yang berhasil menyusup dalam aksi demonstrasi pada 22 Mei lalu. Demonstrasi yang awalnya menentang hasil rekapitulasi Pilpres 2019 berlangsung di depan kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jakarta, lalu berujung dengan bentrok.
Bentrok tersebut awal mulanya berada disekeliling kantor Bawaslu, namun akhirnya meluas ke daerah perekonomian rakyat Tanah Abang, Asrama Brimob di daerah Jalan KS Tambun, dan di Jalan Sabang.
Dalam kasus tersebut, telah ditemukan beberapa fakta diantaranya massa bayaran. Karena, ditemukan sejumlah amplop berisi uang dan pengakuan beberapa orang yang dibayar oleh seseorang untuk mengikuti bentrok tersebut.
Seperti yang dikatakan oleh Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian dalam konferensi pers di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (22/5/2019) “ditemukan di mereka amplop berisikan uang total hampir Rp 6 juta, yang terpisah amplop-amplopnya. Mereka mengaku ada yang dibayar,”
Bukankah kita sebagai warga negara Indonesia seharusnya menjaga keamanan negara ini? Tetapi kenapa beberapa massa bayaran tersebut mau melakukan bentrok yang hanya dibayar dengan sejumlah nominal uang yang sebenarnya tidak seberapa besar dibandingkan harga diri mereka yang harus dilibatkan?.
Mungkin pikiran orang berbeda-beda mengenai kasus ini, ada yang berpendapat A dan ada yang berpendapat B, bahkan ada yang berpendapat C, D, E, dan seterusnya.
Menurut saya pribadi, massa bayaran tersebut mau melakukan aksinya karena ada beberapa faktor yang mendudukung, diantaranya karena membutuhkan uang. Karena sebagian besar massa bayaran merupakan preman Tanah Abang yang rata-rata semuanya membutuhkan uang.
Mungkin bagi mereka ini merupakan kesempatan untuk meraup keuntungan dari bentrok yang terjadi. Tapi kenapa mereka tidak memikirkan bagaimana mereka kedepannya?.
Para massa bayaran tersebut, saya katakan harga dirinya hanya sebatas beberapa lembar uang saja, mereka semua tidak memikirkan bagaimana kedepannya dan bagaimana akibat dari aksi yang dijalankannya tersebut. Bahkan tidak hanya bentrok saja, sebagian dari mereka telah tega menjarah beberapa toko milik warga yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari.
Dimana hati nurani kalian? Sudahkah perbuatan kalian itu keren dimata umum? Tidak! Perbuatan itu hanya mencoreng nama baik kalian saja.
Sebenarnya aksi demonstrasi ini tidak akan berujung bentrok jika kita semua mematuhi peraturan- peraturan yang berlaku dan semua bersikap kondusif. (*)
*Muding Pradita Sari Listiawan. Mahasiswi Ilmu Pemerintahan, FISIP UMM