Sidoarjo, Jurnaljatim.com – Kabupaten Sidoarjo sudah selayaknya membangun satu lagi Rumah Sakit Umum. Hal itu disebabkan karena, RSUD Sidoarjo milik pemerintahan tersebut sudah mengalami overload.
Seperti yang terjadi saat ini, dan terhitung mulai bulan Januari. Dalam satu hari, jumlah pasien yang ditangani oleh rumah sakit sekitar 200 pasien. Untuk mengatasi hal tersebut, rumah sakit terpaksa menggunakan ruang HCU (High Care Unit) untuk pasien rawat inap.
“Kami lakukan sidak, karena sebelumnya ada laporan kalau jumlah pasien yang ada di IGD sudah overload,” ucap Wabup Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin saat sidak, Senin (11/3/2019).
Disampaikannya, pihak rumah sakit jangan sampai menelantarkan pasien, apalagi menolaknya. Pasien yang datang harus tetap diterima dan tetap diberikan perawatan yang baik.
“Meskipun pasien belum dapat kamar rawat inap, harus tetap diterima dan dilayani,” tegas Cak Nur panggilan akrabnya.
Cak Nur menambahkan, Sidoarjo sudah waktunya untuk membuka rumah sakit umum yang baru, khususnya di wilayah barat. Karena masyarakat di wilayah itu, menginginkan rumah sakit tersebut segera berdiri.
“Semua sudah masuk dalam RPJMD. Sehingga, mengurangi over load seperti yang dialami RSUD saat ini,” ungkapnya.
Selain itu, diharapkan untuk puskesmas yang sudah bagus, perlu ditingkatkan lagi greatnya. Bila perlu dijadikan rumah sakit dengan predikat D, seperti puskesmas Taman, Waru dan Sukodono.
“Untuk itu, fasilitas dan tenaga medis juga ditambah. Sehingga, bisa menerima pasien rawat inap,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Sidoarjo dr. Atok Irawan mengatakan, pihaknya sudah berupaya keras untuk melayani pasien dengan baik. Sedangkan, untuk pasien rawat inap, pihaknya telah menyediakan tempat tidur sebanyak 710.
“Semua ruang sudah terisi. Kami terpaksa menggunakan ruang HCU, untuk ruang rawat inap,” ujarnya.
Dijelaskannya, meskipun kondisi rumah sakit mengalami over load, kami tetap menerima dan melayani. Pihaknya juga tetap menampung, pasien yang membutuhkan rawat inap. Dengan menambahkan tenaga medis, dan jumlah logistik obat-obatan semua dapat terlayani.
“Kami juga tugaskan, untuk perawat dan dokter harus tetap siaga,” imbuhnya.
Dikatakannya, untuk kapasitas di IGD sendiri, seharusnya menampung 50 pasien. Namun kenyataannya, kami harus menampung sekitar 133 pasien dan itu tidak mungkin ditambah lagi jumlah tempat tidurnya.
“Kalau ditambah, akan menggangu mobilisasi dari tenaga medis. Itu juga salah satu bentuk pelayanan kami,” pungkasnya. (*)
Reporter: Deni Yan
Editor: Hafid