Jombang, Jurnal jatim – Peningkatan kasus COVID-19 di Jombang, Jawa Timur membuat komisi D DPRD Jombang turut menyoroti dan mendorong rumah sakit pelat merah dan dinas kesehatan setempat memaksimalkan penanganannya.
Komisi D juga telah melaksanakan hearing dengan RSUD Jombang dan RSUD Ploso serta Dinas Kesehatan terkait penanganan kasus tersebut pada Kamis (10/2/2022) lalu.
Ketua Komisi D DPRD Jombang Erna Kuswati mengatakan terjadi peningkatan kasus dalam sepekan terakhir. Ia menyebut, kasus itu meningkat sangat cepat dan sekarang yang sudah positif sudah 181 kasus.
“Dan memang sudah ada beberapa sampel yang dikirim ke Surabaya itu probable omicron,” kata Erna.
Tapi, ia menyebut, pada prinsipnya dinas kesehatan sudah berupaya melalui penanganan dari puskesmas dan juga pasien kalau tidak memiliki gejala berat maka tidak perlu dirawat di rumah sakit.
“Namun cukup isolasi saja di rumah atau isolasi di puskesmas kalau memang memungkinkan,” katanya.
Menurut dia, saat ini semua tengah berupaya untuk mengatasi COVID-19 gelombang ke 3 itu dan yang terpenting tetap mematuhi protokol kesehatan.
“Jadi memang pada dasarnya varian baru ini pada dasarnya dibilang membahayakan juga tidak membahayakan tetapi kita harus waspada. Karena memang omicron ini ada dengan adanya kormobit yakni ada penyakit bawaan yang memicu adanya kematian untuk kasus varian baru ini,” ucapnya.
Direktur RSUD Jombang dr. Pudji Umbaran mengatakan bahwa saat ini situasi pandemi COVID-19 sangat kompetitif, karena kasus yang ada di rumah sakit adalah kondisinya stabil walaupun ada penyakit macam-macam dan RSUD Jombang tetap berikan pelayanan yang terbaik agar terlepas dari kondisi yang vatal.
“Alhamdulillah sampai sekarang masih relatif tidak ada angka kematian kecuali pada akhir Januari kemarin memang ada satu yang meninggal itu karena kondisinya sangat panas, salah satunya juga karena memang sudah ada sakit jantung koroner yang menyebabkan pasien meninggal dunia,” kata Pudji Umbaran.
Ia menambahkan, saat ini pihaknya sudah menyiapkan 108 tempat tidur khusus pasien COVID-19. Dari jumlah itu, yang terpakai masih diangka 25 orang.
“Kita belum memastikan jelasnya mereka terpapar virus omicron atau tidak, yang jelas kita pernah mengirimkan sampel dari pasien yang kita rawat untuk dilakukan pemeriksaan,” katanya.
Ia mengatakan hasil pemeriksaan disebutkan probable omicron dengan pemeriksaan S-Gene Target Failure (SGTF) atau uji deteksi Single Nucleotide Polymorphism (SNP) berbasis Polymerase Chain Reaction (PCR).
“Sehingga kita belum bisa menyebutkan pasti itu omicron atau tidak,” pungkasnya.
Dapatkan update berita menarik lainnya hanya di Jurnaljatim.com, jangan lupa follow jurnaljatim.com di Google News.