Pelantikan PWNU Jatim 2024-2029 di Jombang, Gus Yahya: Pengurus Tak Dibaiat Berarti Palsu

, Jurnal – Ketua umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyampaikan pengurus yang tak dibaiat berarti .

Itu disampaikan dalam pelantikan pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim 2024-2029 di Pesantren Tebuireng, Jombang pada Sabtu (30/11/2024) malam.

Hadir dalam pelantikan itu di antaranya, Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Rais Syuriah PBNU KH Mohammad Nuh DEA, Katib Aam Syuriah PBNU KH Ahmad Said Asrori, Sekjen PBNU H Syaifullah Yusuf, dan PWNU se-Indonesia.

Selain itu, Provinsi Jatim , Gubernur Jatim terpilih Khofifah Indar Parawansa, para tokoh ulama dan sejumlah pejabat daerah setempat.

Gus Yahya menyampaikan pelantikan PWNU Jawa Timur masa khidmat 2024-2029 wujud pelaksanaan dari agenda fundamental yang sedang dilaksanakan oleh PBNU, yaitu untuk validasi jajaran pengurus NU dari pusat sampai ke bawah.

“Jadi, kalau ada pengurus PWNU tidak ada yang ikut baiat, tapi mengaku pengurus berarti palsu dan ini penting karena jamiyah ini harus terus menerus dipelihara konsolidasinya,” ujarnya.

Gus Yahya mengingatkan akan pentingnya konsolidasi jamiyah, yakni konsolidasi tata kelola, konsolidasi sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya pembiayaan, serta konsolidasi agenda.

PBNU mempunyai rencana strategis nasional dan nantinya diolah untuk dijabarkan sebagai bekal dari rencana strategis dari PWNU, termasuk PWNU Jatim.

PBNU telah memulai untuk konsolidasi internal dengan mengumpulkan seluruh PWNU se-Indonesia. Momentum Pemilu dan Pilkada 2024 sudah selesai dan sudah saatnya kembali berkonsentrasi untuk organisasi sehingga perlu dilakukan rekonsolidasi.

“Pemilu dan pilkada adalah momentum yang harus dilewati dan tidak bisa menghindar. Tapi harus ingat bahwa tujuan kita tidak terletak pada pemilu atau pilkada, tapi masa depan yang gemilang bagi NU,” ujarnya.

“Maka setelah melewatinya sekarang waktunya kembali ke agenda organisasi yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu melakukan rekonsolidasi,” lanjut Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, Rembang ini.

Pada pelantikan PWNU Jawa Timur (Jatim) di Jombang ini juga mengeluarkan kesepakatan bersama yang juga dimuat dalam pernyataan bersama bahwa seluruh jajaran NU mulai dari PBNU, PWNU hingga pengurus ranting (tingkat desa) adalah satu.

“Kami senantiasa bersama tidak terpisahkan, tidak mau diganggu karena kami punya tugas dan yang menjadi tanggung jawab bersama. Begitu juga dengan PWNU lain, sudah dilatih semua,” katanya.

Komitmen bukan hanya untuk kepentingan internal jamiyah NU tapi sudah menjadi bagian tekad bersama untuk berkontribusi di dalam konsolidasi nasional bangsa di bawah kepemimpinan Presiden Subianto.

“Kita saksikan sejauh ini Presiden kuat untuk mengupayakan konsolidasi nasional menjadi satu bangsa yang memang dibutuhkan. Karena bangsa ini ada tantangan, ada masalah yang untuk menghadapinya, mengatasinya perlu keutuhan dari seluruh energi bangsa,” ujarnya.

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar menambahkan pelantikan dan baiat dalam organisasi itu bersifat wajib syar’i, karena pengikut Nabi Muhammad itu meski sudah masuk Islam tetap melakukan baiat kepada Rasulullah.

Apalagi, kata Kiai Miftah sapaan akrabnya, di zaman pancaroba yang serba membalik kebenaran dan saling menyesatkan dalam narasi, karena itu Munas ( nasional) atau Rakernas (rapat kerja nasional) PBNU dan PWNU mungkin perlu merevisi klausul MLB (muktamar luar biasa) agar tidak melahirkan bughot atau pemberontakan.

“Protes kepada negara saja maksimal tetap dengan impeach kepada presiden, bukan negara yang dibubarkan, kalau MLB itu sama saja dengan membubarkan negara,” ujarnya.

Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim KH Abdul Hakim Mahfudz atau menambahkan upaya menjaga kekompakan itu penting karena perintah agama juga sudah jelas, agar menjaga silaturahmi karena hikmah silaturahmi itu luar biasa, yakni mewujudkan ketenangan, kebersamaan, dan khidmat yang lebih baik untuk masa depan.

“Presiden Prabowo sendiri yang menilai adanya paradoks di Indonesia, seperti sumber daya alam yang kaya tapi sumber daya manusia belum sejahtera, namun beliau menilai kebersamaan masyarakat itu penting untuk syarat keberhasilan dalam memanfaatkan sumber daya alam, bukan demi kepentingan pribadi, tapi persatuan, kebersamaan dan ukhuwah,” katanya.

Dapatkan update menarik hanya di .com, Jangan lupa follow jurnaljatim.com dgoogle news instagram serta twitter .com.