Pengendalian Inflasi di Kota Kediri Hadapi Natal dan Pergantian Tahun Baru

, Jurnal Jatim – High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Daerah (TPID) menghadapi Natal dan pergantian tahun baru yang permintaan masyarakat cenderung meningkat.

Penjabat (Pj) Wali Kota Kediri Zanariah memberikan arahan HLM Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Kediri, pada Selasa (5/12/2023).

Berdasar data dari BPS Kota Kediri, inflasi month to month Kota Kediri sebesar 0,38 persen. Berada di atas rerata inflasi Jawa Timur 0,31 persen dan setara dengan inflasi nasional.

Inflasi year to date sebesar 2,46 persen, berada di bawah inflasi Jatim 2,63 persen dan di atas nasional sebesar 2,19 persen.

Untuk inflasi year on year sebesar 3,06 persen, berada di bawah rerata inflasi Jatim 3,24 persen dan di atas rerata nasional 2,86 persen.

Di bulan November ada 10 komoditas utama penyumbang inflasi. Yakni, , cabai merah, emas perhiasan, telur ayam ras, beras, gula pasir, ayam hidup, bawang merah, sate, dan kembang kol.

Zanariah mengatakan cabai, beras, dan gula menjadi komoditas yang sering menjadi penyumbang inflasi di Kota Kediri. Ditambah mendekati perayaan Natal dan tahun baru identik dengan permintaan masyarakat yang meningkat.

“Harus tetap ada monitoring berkala kondisi stok dan harga komoditas di . Sehingga tahun ini inflasi di Kota Kediri melambung tinggi,” ujarnya.

Sesuai Permenkeu Nomor 101/PMK.010/2021 tentang sasaran inflasi tahun 2022, tahun 2023, dan tahun 2024. Pemerintah memiliki target menurunkan angka inflasi dari 3,0 persen +-1 persen di 2023 menjadi 2,5 persen +- 1 persen di 2024.

“Untuk mencapai angka tersebut tentu diperlukan kontribusi tiap daerah untuk ikut serta mengendalikan. Agar inflasi tetap on the track sesuai sasaran,” ujarnya.

Zanariah menjelaskan beberapa waktu lalu Mendagri telah memberikan arahan kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan program dan kebijakan dalam pengendalian inflasi.

Antara lain, melakukan gerak tanam, pendistribusian bantuan pada keluarga penerima manfaat agar tepat sasaran, mengampanyekan tidak boros melakukan rekonsiliasi data, melakukan gerakan stabilitas pasokan dan harga pangan, serta langkah-langkah menghadapi El Nino.

Beberapa arahan tersebut sudah dijalankan di Kota Kediri. Seperti, pemantauan harga yang diupload di SISKAPERBAPO dan SIASAT, melakukan rapat teknis TPID secara berkala, menjaga pasokan barang melalui bazar pangan murah dan operasi pasar beras, melakukan sidak pasar, serta bantuan transportasi dari APBD.

Lalu yang masih menjadi pekerjaan rumah adalah menjalin komunikasi lebih intens dan meningkatkan kerja sama antar daerah penghasil komoditas, serta pencanangan gerakan menanam baik di pekarangan rumah bahkan kantor. Dengan cara urban farming utamanya pada komoditas cabai.

“Nanti bisa dibuat campaign, sosialisasi melalui sosial media, hingga edukasi, pendampingan dan pembinaan pada masyarakat,” katanya.

Harapannya, dikatakan Zanariah, dengan gerakan itu masyarakat tidak perlu khawatir dan terpengaruh dengan kenaikan harga komoditas tertentu.

“Saya juga minta ada laporan mingguan supaya kita bisa cepat mengambil kebijakan intervensi pasar jika ditemukan kondisi tertentu,” jelasnya.

Kepala KPwBI Kediri Choirur Rofiq menambahkan di 2023 kemungkinan inflasi nasional tidak lebih dari 3 persen.

Itu menunjukkan adanya optimisme tahun depan inflasi masih bisa dikendalikan lebih rendah lagi. Inflasi kali ini sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim, yakni terjadinya El Nino.

Perubahan iklim itu memengaruhi produksi cabai dan juga beras. Sumber inflasi di Kota Kediri hampir sama dengan Jawa Timur dan Nasional yakni cabai rawit dan cabai merah. Ada pula telur ayam ras, beras, dan emas perhiasan.

“Nah ini menjadi sumber inflasi yang bisa kita cari caranya untuk dikendalikan. Komoditas yang pergerakannya cenderung meningkat aneka cabai, bawang merah, telur ayan ras, dan gula. Kita juga harus waspada di harapannya inflasi di tahun 2023 sesuai dengan sasaran,” imbuhnya.

Choirur Rofiq mengungkapkan KPwBI Kediri memiliki beberapa program yang bisa disinergikan dan dikolaborasikan dalam upaya mengendalikan inflasi. Seperti Gerakan GenBI Bercocok Tanam (GEBETAN).

Program tersebut melibatkan GenBI dan kelompok tani wanita untuk memanfaatkan lahan kosong untuk menanam komoditas strategis penyumbang inflasi. Di Kediri sudah diberikan kepada 50 mahasiswa yang terbagi dalam 5 kelompok.

Ada 5 Kelurahan di Kota Kediri yang sudah memulai yakni Burengan, Kidul, Jamsaren, Bawang dan Rejomulyo. Komoditinya ada cabai, tomat, terong, dan kangkung. Cabai yang ditanam sekitar 1.900 pohon.

“Alhamdulillah dari beberapa komoditi yang mereka tanam sudah mulai berhasil. Ini upaya kita bagaimana masyarakat berperan untuk bisa berpartisipasi menekan inflasi khususnya cabai. Memang ini baru pertama tapi ini kita sinergikan bersama,” ungkapnya.

Dapatkan update berita menarik hanya di .com, jangan lupa follow jurnaljatim.com di google news instagram serta twitter Jurnaljatim.com