Surabaya, Jurnal Jatim – Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mendorong OPOP terus memperkuat dan mengembangkan potensinya salah satunya lewat digital innovation.
Hal itu karena pesantren memiliki potensi luar biasa, baik yang dimiliki santrinya, pesantrennya, maupun alumninya.
“OPOP ini potensinya luar biasa. Mari bersama kita kuatkan lagi, kita kembangkan lagi di sisi mana yang belum kita gali. Ada kekuatan yang dimiliki pesantren yang harus ada _improvement_ lebih kuat lagi,” ujar Khofifah melalui rilisnya, Jumat (10/11/2023).
Khofifah mengatakan, salah satu potensi yang bisa dikembangkan OPOP lewat inovasi digital adalah dengan memiliki divisi di bidang coding/pemrograman. Menurutnya, hal itu didukung dengan banyaknya hafiz hafizah yang ada di pesantren.
“Hafiz hafizah ini merupakan para penghafal Al Qur’an. Dan mereka memiliki kemampuan menyimpan memori sangat luar biasa. Bila mereka ditraining dengan ilmu coding, maka mereka akan menjadi ahli di bidang tersebut,” jelasnya.
Tidak hanya itu, pengembangan inovasi OPOP juga akan didukung dengan ekosistem pendidikan di Jatim. Dimana, dua perguruan tinggi terkemuka dari luar negeri yakni King’s College London (KCL) dan Western Sydney University (WSU) akan membuka kampusnya di Jatim.
Mulai September 2024 di KEK Singhasari, KCL akan membuka program studi Digital Economy, dan dilanjutkan prodi Digital Future di Januari 2025.
Sementara, WSU juga akan membuka program perkuliahan pada September 2024. Dimana WSU akan membuka beberapa prodi terkait digital innovation. Kampus WSU tahap pertama itu akan berlokasi di Pakuwon Tower Surabaya.
“Mari kita manfaatkan dua perguruan tinggi internasional ini. Satunya yakni WSU di bidang digital innovation dan satunya lagi KCL di bidang digital future,” ujarnya.
Khofifah mengatakan, keberadaan OPOP menjadi upaya memberseiringkan antara dakwah bil mal dan jihad bil mal.
Dimana tiga pilar OPOP yakni santripreneur, pesantrenpreneur, dan sosiopreneur menjadi satu kesatauan yang bisa mengantarkan keberdayaan ekonomi dan menguatkan dakwah bil mal dan jihad bil mal.
Program itu berseiring dengan program penurunan pengangguran dan peningkatan kesejahteraan.
“Kita bangun penguatan dengan sinergitas bersama, bahwa ekosistem OPOP bisa mengantarkan kemandirian dan keberdayaan ekonomi. Baik pesantren, santri, maupun alumninya. Bila tiga pilar ini kita kuatkan, maka dakwah bil mal dan jihad bil mal bisa kita kuatkan pula,” katanya.
Khofifah juga berpesan kepada seluruh peserta OPOP untuk tidak mudah menyerah dan berkecil hati dalam mencari peluang. Baik pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Bukan tanpa alasan, ia pun bercerita pernah melepas ekspor produk Desa Devisa yakni rumput laut dari Sidoarjo ke Australia dengan nominal Rp150 juta. Namun ia yakin produk ini memiliki potensi yang cukup besar ke depannya.
Kedepan, Khofifah berharap ada pelatihan peningkatan skill bagi para pelaku OPOP. Terutama kelas pelatihan dalam meningkatkan skill manajerial, leadership, digital IT, financial support dan lain-lain.
Dapatkan update berita menarik hanya di Jurnaljatim.com, Jangan lupa follow jurnaljatim.com di google news instagram serta twitter Jurnaljatim.com