Jombang, Jurnal Jatim – Ratusan anak muda Tionghoa dari berbagai tempat di pulau Jawa melakukan ritual Sembahyang Arwah (ching bing) di pusara KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di kompleks pemakaman pesantren Tebuireng Jombang, Sabtu (24/5/2023).
Ching Bing merupakan tradisi Tionghoa untuk menghormati leluhur dan tokoh yang dianggap berjasa.
Tokoh Tionghoa dari Semarang Jawa Tengah, Harianto Halim mengatakan Gus Dur yang merupakan Presiden RI keempat itu adalah sosok sangat penting bagi warga Tionghoa.
“Kami secara khusus membawa sinci Gus Dur dari klenteng kami di Semarang ke sini,” ujar Harianto Halim dalam keterangannya.
Sinci adalah papan arwah yang biasanya diletakkan di altar klenteng. Hanya sosok terhormat yang diabadikan dalam bentuk sinci.
Di makam Tebuireng Jombang, sinci Gus Dur ditaruh di papan kayu, digotong empat orang dan diarak ratusan warga Tionghoa, sebelum akhirnya ditaruh di dekat pusara cucu pendiri NU Hadratusyekh KH Hasyim Asyari ini.
Arak-arakan itu semakin meriah karena diiringi dengan alunan alat musik yang biasa dimainkan bersama barongsai.
Ritual penghormatan arwah Gus Dur dilakukan dengan mengakomodasi kelompok lintas agama. Para tokoh dari Islam, Kristen, Katolik, Buddha dan Khong Hu Cu bergantian memimpin doa di tengah ratusan peziarah Islam yang hadir.
Uniknya, saat doa dipanjatkan, semua warga Tionghoa menyalakan hio dan mengikuti prosesi dengan khidmat. Setelah berdoa, mereka menyanyikan lagu ya lal wathan diiringi musik tradisional Tionghoa dan Indonesia Raya.
“Acara ini bertujuan mengenalkan Gus Dur pada generasi muda Tionghoa. Kami berencana menyelenggarakan ching bing di pusaranya setiap tahun,” ujar ketua klenteng Gudo, Toni Harsono yang ikut hadir.
Upacara ching bing diakhiri dengan mengarak sinci Gus Dur keluar makam diringi ratusan warga Tionghoa menuju halaman masjid Ulul Albab.
Dapatkan update berita menarik hanya di Jurnaljatim.com, Jangan lupa follow jurnaljatim.com di google news instagram serta twitter Jurnaljatim.com