Belum Ada Vaksin, 600 Ekor Sapi di Tuban Terjangkit Penyakit Lato-lato, Peternak Was-was

Tuban, Jurnal – Pemkab Tuban mencatat sudah ada sekitar 600 ekor sapi yang terjangkit penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit Lato-lato sampai akhir April 2023.

“Untuk vaksinnya sudah tersedia dan mencukupi. Sedangkan untuk LSD ini masih belum tersedia. Sehingga sampai bulan April 2023 LSD di Tuban mencapai 600 kasus,” kata kepala Ketahanan , Pertanian dan  Kabupaten Tuban (DKP2P) Kabupaten Tuban Eko Arif Julianto.

Kondisi itu diyakini akan meluas karena belum tersedia. Sejauh ini pihak dinas pun telah turun ke lapangan untuk melakukan pencegahan.

“Kita turun juga untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan, sebab angka kasus LSD belakangan ini meningkat,” ujarnya.

Langkah tim turun ke lapangan itu juga dilakukan untuk memastikan jumlah kasus yang diduga terjangkit LSD. Tim ke bawah juga untuk mengobati ternak yang sakit.

“Ini juga sebagai langkah kroscek kita untuk memastikan angka kematian dan penyebab matinya ternak,” ujarnya.

Arif mengimbau kepada peternak untuk selalu mengecek kondisi ternaknya. Jika menemukan gejala seperti demam pada ternak, muncul benjolan pada kulit, kaki bengkak, dan ternak kehilangan nafsu makan, agar segera melapor ke petugas kesehatan hewan.

“Saya selalu ingatkan untuk lapor dan proaktif sehingga langkah yang dilakukan bisa tepat, dan kita bisa menekan penyebaran penyakit LSD ini,” pungkasnya

Sementara itu, mengganasnya penyakit Lato-lato itu membuat peternak sapi was-was lantaran tidak sedikit diduga terjangkit penyakit lato-lato itu.

“Sapi jenis limusin ini saya beli seharga Rp 13,5 juta, dan sakit sudah 13 hari tidak bisa berdiri karena sakit LSD,” kata salah satu warga Desa Gaji, Kecamatan Kerek, Tuban, Arif dengan nada resah, Kamis (4/5/2023).

Ia sampai saat ini masih khawatir karena sudah dua kali memanggil dokter hewan untuk mengobati sapinya yang mengalami luka kulit bentol-bentol di sekujur tubuh.

Usaha itu belum berhasil, bahkan terlihat di bagian perut sapi mengalami luka bengkak yang cukup parah diduga karena terjangkit virus tersebut.

“Sudah 2 kali dipanggilkan dokter hewan. Sudah dicoba herbal dan disuntik semuanya dicoba tapi masih sekarat. Sapi bisa makan minum tapi disuapi,” keluh Arif sambil melihat kondisi sapinya.

Selain itu, masyarakat merasakan wabah penyakit LSD ini berdampak terhadap perekonomian. Sebab, harga yang terkena penyakit kulit ini langsung anjlok.

“Yang diresahkan kalo ada lato-lato lagi dan harganya turun. Jelang Iduladha harusnya bisa mahal atau lebih tinggi,” tambah pemilik sapi asal Desa Kedungrejo, Kecamatan Kerek, Tuban, Sumari.

Ia berharap pemerintah setempat segera turun tangan untuk memberikan solusi terkait masalah tersebut. Sehingga, kasus penyakit ini tidak kian meluas dan harga sapi kembali stabil.

“Harapan untuk pemerintah agar memberikan solusi atau suntik masal terhadap sapi yang terkena lato-lato ini. Harapannya harga sapi mahal,” ungkapnya.

Dapatkan update berita menarik hanya di Jurnaljatim.com, Jangan lupa follow jurnaljatim.com di google news instagram serta twitter Jurnaljatim.com