Jombang, Jurnal Jatim – Lantaran bahan baku menipis, perajin genteng di Desa Gedangan Jombang Jawa Timur terpaksa mengimpor tanah liat dari desa lain agar terus dapat berproduksi.
Hal itu seperti dituturkan oleh Suparno (52), perajin genteng manual di Desa Gedangan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Desa Gedangan Mojowarno memang dikenal tempat kerajinan genteng dan batu bata dari bahan baku tanah liat. Ada banyak perajin genteng secara manual di sana, yakni dengan tenaga manusia.
Suparno mengaku dirinya mulai mengalami kesulitan memenuhi bahan baku tanah liat untuk pembuatan genteng di rumah produksinya. Ia pun mesti membeli dari desa lain.
“Jadi semakin lama bahan baku yang ada di sekeliling kami nyaris tidak ada atau sudah mulai menipis,” paparnya.
Agar dapat terus berproduksi, dikatakan dia, para pemilik pabrik genteng di desa tersebut harus “mengimpor” tanah liat dari luar Desa, seperti tanah liat dari Desa Genukwatu Kecamatan Ngoro.
“Hal itu tentu saja terjadi karena di Desa ini memang sudah lama menjadi sentra industri pembuatan genteng maupun batu bata,” bebernya.
Ia menyebut bahan baku tanah liat yang dibutuhkan untuk membuat genteng dibeli dengan harga sebesar Rp330 ribu per rit. Jika dikalkulasikan, tentu saja masih ada keuntungan jika hasil genteng-gentengnya terjual.
“Harga Rp1.300 per buah, itu pun langsung dibeli oleh pengepul, karena kita juga tidak mudah untuk memasarkan secara mandiri,” ujarnya.
Suparno menambahkan, pada awal Mei 2023, para perajin genteng mulai bisa tersenyum. Sebab, terbantu cuaca yang sejak pagi sudah panas.
Bagi Suparno, cuaca panas mempercepat proses pengeringan dari bahan baku genteng setelah proses percetakan. Jika bahan cepat kering, bisa dilanjutkan pada proses pembakaran untuk mendapatkan genteng siap jual.
“Cepat kering, 2 hari sudah kering, cepat dibakar,” ucapnya saat sedang melakukan penjemuran di tempat kerjanya.
Meskipun demikian, Suparno belum bisa meningkatkan produksi genteng. Dalam sehari jumlah produksi cetak genting menjadi bahan setengah jadi hanya tidak lebih dari 500 biji. “Tenaga manusia, 300 – 500 biji,” ujarnya.
Dapatkan update berita menarik hanya di Jurnaljatim.com, Jangan lupa follow jurnaljatim.com di google news instagram serta twitter Jurnaljatim.com