Jombang, Jurnal Jatim – Ribuan anggota Banser di Jombang Jawa Timur disebar ke sejumlah gereja tempat peribadatan umat Kristen untuk mengamankan perayaan Natal 2022.
“Kami telah menyiapkan seribu pasukan Banser. Apakah mereka semua akan diturunkan? Itu tergantung permintaan dari pihak Polri sebagai kordinator sekaligus penanggungjawab pengamanan Perayaan Natal 2022,” kata ketua PC GP Ansor Jombang Taufiqi Fakkarudin Assilahi, Sabtu (24/12/2022).
Pria yang biasa dipanggil Gus Fiqi tersebut menegaskan Pasukan loreng dari lembaga semi otonom dari gerakan pemuda Ansor, organisasi pemuda Nahdlatul Ulama (NU) ini akan selalu siap jika dimintai bantuan terkait keamanan.
Menurut dia, kegiatan menjaga gereja tak akan memudarkan keimanan dari anggota Ansor dan Banser sedikitpun. Justru akan menambah rasa toleransi dan prinsip dalam moderasi beragama.
Adapun moderasi beragama merupakan cara pandang dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri.
Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga retaknya hubungan antarumat beragama, merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.
“Indonesia ini beragam, kemajemukan itu tidak bisa hanya disikapi dengan prinsip keadilan. Namun, juga harus diimbangi dengan prinsip kebaikan,” ujarnya.
Putra anggota DPRD Jawa Timur Salahuddin Asy’ari ini menyatakan keterlibatan Ansor dan Banser dalam penjagaan Gereja tersebut sebagai bentuk toleransi dan kerukunan antar umat beragama.
Hal itu juga merupakan bagian dari ajaran agama Islam yang selalu mengajarkan kebaikan kepada siapapun.
“Jiwa toleransi itu harus tetap ditanamkan dalam hati. Meskipun mereka tidak seiman dengan kami, setidaknya mereka masih sebangsa dengan kita. Mereka patut mendapatkan keamanan di Negeri ini,” ujar cucu pendiri NU KH Abdul Wahab Chasbullah Tambakberas Jombang ini.
Setelah itu, sikap moderat dan moderasi ialah suatu sikap dewasa yang baik dan yang sangat diperlukan. Radikalisasi dan radikalisme, kekerasan dan kejahatan, termasuk ujaran kebencian atau caci maki dan hoaks, terutama atas nama agama, adalah kekanak-kanakan, jahat, memecah belah, merusak kehidupan, patologis, tidak baik dan tidak perlu.
Lebih lanjut Fiqi mengatakan jika keragaman dalam beragama itu niscaya, tidak mungkin dihilangkan. Ide dasar moderasi adalah untuk mencari persamaan dan bukan mempertajam perbedaan. Jika dielaborasi lebih lanjut, ada beberapa alasan utama mengapa perlu moderasi beragama.
“Selain toleransi, Kader Ansor dan Banser juga harus menanamkan jiwa moderasi beragama. Toleransi dan moderasi tak perlu lagi diperdebatkan dalam hal teori. Namun, Ansor dan Banser Jombang sudah memulainya dari tindakan yang nyata,” kata alumni salah satu Perguruan Tinggi di Malang ini.
Dapatkan update berita menarik hanya di Jurnaljatim.com, Jangan lupa follow jurnaljatim.com di google news instagram serta twitter Jurnaljatim.com.