Kediri, Jurnal Jatim – Kerajinan tenun ikat dari Kota Kediri, Jatim terus berkembang menembus pasar global dan terus menyerap lapangan kerja sekitar. Salah satunya tenun ikat medali mas.
Bisnis yang dirintis sejak 1989 itu hingga kini memiliki 4 showroom kerajinan. Industri kecil dan menengah (IKM) itu memiliki 115 karyawan, 70 mesin dan mampu memproduksi minimal 70 potong dalam sehari.
“Kalau ada pesanan meningkat, kami akan tambah kapasitas produksinya. Bisa menyesuaikan. Ritmenya begitu dan otomatis menambah SDM. Saat ini karyawan kami itu 60 persen perempuan dan 70 persen dari lingkungan sekitar. Kami berupaya menciptakan lapangan kerja,” ujar pemilik IKM Tenun Ikat Medali Mas Kota Kediri, Siti Ruqoyah, Jumat (11/11/2022).
Siti menerangkan Pemerintah Kota Kediri dan Pemerintah Provinsi Jatim memberikan dukungan penuh terhadap usahanya.
“Ada bantuan Pemkot Kediri melalui SK Wali Kota yang mewajibkan seluruh PNS setiap hari Kamis memakai tenun. Terus juga ditopang Surat Edaran dari Ibu Gubernur yang mewajibkan seluruh PNS wajib pakai tenun khas Jawa Timur, salah satunya Kediri, di setiap Jumat di minggu pertama. Itu membantu pemasaran kami,” paparnya.
Ia menjelaskan produk lokalnya sudah mulai merambah pasar global dan pemasaran digital.
“Pemasarannya sudah seluruh Indonesia dan sudah online. Sarung Goyor ini sudah dikirim ke luar negeri, ke Timur Tengah. Tapi memang kami belum bisa ekspor sendiri, masih ke tangan kedua dulu, jadi masih kerja sama dengan pihak kedua,” ujarnya.
Dikatakan dia, keberadaan tenun ikat di Kota Kediri itu sudah cukup lama, sejak 1910 silam. Dulu, kata dia, juga berkembang pesat karena dulu sarung itu tidak ada produk dari mesin.
“Semua pakai tenun tradisional sebelum ada mesin, jadi laris sekali sarung tenun itu,” kata Siti.
Setelah mesin datang sebagai pesaing, maka beralihlah ia ke tenun ikat. “Nah ini sampai sekarang mesin tidak bisa menandingi. Teknik-teknik sudah bisa semua, tinggal merebut dan menguasai pasar,” imbuhnya.
Namun, Siti meyakini tenun memiliki nilai dan segmen tersendiri. Karena bahannya tidak ada yang menandingi. Seperti sarung rayon itu tidak ada bikinan pabrik karena bahannya sangat beda.
“Katun yang 100 persen juga gitu. Kalau yang mesin itu pasti ada campurannya. Soalnya bahan katun dan rayon itu sulit di mesin. Kan harus pakai naluri, kalau mesin kan cepat bergeraknya,” jelasnya.
Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Timur pun terus menunjukkan keberpihakan kepada UMKM dan IKM.
Ketua Dekranasda Jatim, Arumi Bachsin Emil Dardak mengatakan bahwa pihaknya akan membantu mengenalkan dan melakukan branding dari produk-produk UMKM dan IKM di Jawa Timur melalui publikasi-publikasi digital.
“Saya senang banyak tenaga kerja muda di sini. Saya berharap mereka bisa merambah ke dunia digital. Pemprov Jatim melalui Milenial Job Center atau MJC siap membantu, kalau butuh foto, butuh desain, butuh admin, dan lain-lain. Dengan demikian bisa terus berkembang tidak hanya ke pasar lokal, tapi bisa hingga ke luar negeri,” kata Arumi saat mengunjungi IKM Tenun Ikat Medali Mas di Kota Kediri. (*)
Dapatkan update berita menarik hanya di Jurnaljatim.com, Jangan lupa follow jurnaljatim.com di google news instagram serta twitter Jurnaljatim.com.