Pertunjukan Jaranan di Jombang, Pemain Mengamuk Hingga Kejar Penonton

Jombang, hingga mengejar penonton pertunjukan seni di halaman rumah warga Desa Pulo Lor, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Minggu siang, (28/8/2022).

Pemain jaranan itu mengamuk lantaran ada sejumlah penonton yang menggoda. Suara sorak gembira dari penonton tatkala pawang menenangkan kembali para pemain jaranan yang mengamuk itu.

Momen seperti itu memang paling ditunggu dan disukai oleh masyarakat saat menonton jaranan. Yakni pemain ndadi alias kesurupan. Tubuh pemain dikuasai oleh makhluk yang sengaja dipanggil lalu bergerak liar meski matanya terpejam.

Dalam pertunjukan itu, belasan kelompok atau grup seni jaranan tampil bergantian. Mereka tergabung dalam wadah Kesenian Jaranan Jombang (PKJJ).

“Lebih dari sekitar 13 kelompok jaranan yang tampil (main jaranan) hari ini,” kata Joko Fatah Rokhim dari Paguyuban Jaranan itu.

Pertunjukan Jaranan di Jombang, Pemain Mengamuk Hingga Kejar Penonton

Sejumlah jenis tarian dipertunjukkan. Antara lain, tarian jaranan yang menggunakan kuda tiruan. Lalu, tari barongan yang pemainnya memakai kostum macan atau harimau serta pakaian lainnya.

Serta seni tari bantengan. Saat tampil, para pemain menjadi seorang banteng. Pemain menari di area pertunjukan diiringi dengan suara musik gamelan dan pecutan.

Wangi dan kemenyan yang menyebar plus rapalan mantra membuat para pemain perlahan mengalami kehilangan kesadaran dan seolah dikendalikan oleh roh halus yang didatangkan.

Mereka menari dan berlari ke sana kemari secara liar dengan mata terpejam. Pemain diminta menghirup dan diolesi minyak wangi oleh pawang jaranan. Tujuannya, mungkin agar pemain tetap terkontrol.

Fatah mengatakan, pertunjukan hiburan seni tradisional itu bisa ditonton secara oleh masyarakat. Selain untuk memperingati Republik Indonesia ke 77, juga sebagai wujud syukur pandemi corona yang terus melandai.

“Dua tahun lebih seni jaranan tidak tampil karena pandemi. Nah, ini sebagai wujud syukur sekaligus memeriahkan hari kemerdekaan, bentuk penghormatan kepada para pahlawan yang telah gugur dalam perjuangan merebut kemerdekaan,” katanya.

Ketua Forum Rembug Masyarakat Jombang itu menyebut, pertunjukan juga bagian dari uri-uri budaya. Sebab, jaranan merupakan kesenian tradisional yang harus dilestarikan.

“Jangan sampai Kesenian seperti ini punah tergerus zaman. Harus terus dilestarikan,” ujar pria berambut pirang ini.

Ia menambahkan, pertunjukan seni jaranan itu digelar selama satu hari. Mulai pagi jam 10.00 WIB hingga jam 23.00 WIB. Fattah pun berpesan kepada masyarakat agar tertib saat menonton pertunjukan tersebut.

Dapatkan update berita menarik hanya di .com, Jangan lupa follow jurnaljatim.com di google news instagram serta twitter Jurnaljatim.com.