Surabaya, Jurnal Jatim– Beredar sebuah video melalui WhatsApp seorang guru salah satu sekolah menengah pertama negeri (SMPN) di Kota Surabaya, Jatim, memukul siswanya di depan kelas.
“Intinya video itu tersebar dan sampai ke saya. Kemudian saya cek kebenarannya ke Dispendik (Dinas Pendidikan) Surabaya. Dispendik pun tahunya dari saya dan langsung dicek. Ternyata benar di Surabaya,” kata Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti, Sabtu (29/1/2022).
Tidak hanya memukul, dalam video berdurasi tiga detik itu terlihat sang guru laki-laki juga terdengar mengucapkan kata-kata yang tidak pantas sebelum akhirnya melakukan pemukulan.
Reni mengapresiasi respons cepat kepala Dispendik Surabaya yang pada Sabtu pagi langsung bergerak menuju sekolah tersebut.
“Apapun alasannya. Jelas itu tindakan yang salah berat dan harus mendapat sanksi berat. Dengan memukul itu sudah kesalahan fatal dan harus disanksi berat,” ujarnya melansir Antara.
Ia menjelaskan kekerasan terhadap anak di sekolah telah diatur dalam pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
UU tersebut menyatakan bahwa: (1) Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.
(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, aparat pemerintah, dan/atau Masyarakat.
Lebih lanjut, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika.
Pasal 2 ayat (4) dan (5) Kode Etik Guru Indonesia yang menyatakan bahwa menghormati martabat dan hak-hak serta memperlakukan peserta didik secara adil dan objektif.
“Ayat limanya menyebut: Melindungi peserta didik dari segala tindakan yang dapat menganggu perkembangan, proses belajar, kesehatan, dan keamanan bagi peserta didik,” kata Reni.
Untuk itu, Reni meminta Dispendik Surabaya dan pihak sekolah untuk segera mendatangi orang tua siswa dan meminta maaf secara terbuka.
“Anak ini harus dilindungi jangan sampai ada trauma dan psikis, harus didampingi. Siswa lain yang ada di kelas itu juga harus mendapat pendampingan agar tidak menimbulkan trauma,” ujarnya.
Selain itu, politisi perempuan asal fraksi PKS ini juga meminta agar dinas terkait mengecek latar belakang guru yang memukul kepala siswanya itu.
“Apa ada problem di rumahnya atau sebagainya itu harus cari tahu agar bisa menjadi bahan evaluasi dan pembinaan bagi Dispendik secara keseluruhan untuk semua tenaga pendidik di Surabaya. Apapun alasannya, jelas itu salah. UU pun melarang. Kemudian anak itu punya hak dilindungi, jangankan fisik, verbal saja tidak boleh,” katanya.
Kejadian kekerasan guru di salah satu SMPN Surabaya kepada muridnya itu menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan di Kota Pahlawan.
“Saya sampai kaget lihat videonya. Tidak menyangka ada kejadian seperti itu di sini,” ujarnya.
Dapatkan update berita menarik lainnya hanya di Jurnaljatim.com, jangan lupa follow jurnaljatim.com di Google News.
Editor: Hafid