Jombang, Jurnal Jatim – Dua bersaudara adik kakak menceritakan awal mula membangun usaha kuliner makanan khas Asia Timur yang diberi nama Sophia Kitchen, di Jalan Gubernur Suryo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Mereka adalah Nur Fitriana Zuraidah dan Arif Fachrudin Achmad. Kakak beradik itu merintis bisnisnya mulai dari nol hingga sekarang berkembang dengan omset sampai Rp1 juta per hari.
Usaha makanan kuliner yang mereka berdua tekuni sejak dua tahun silam itu, terdapat menu fusion dimsum, korean toast dan burger.
“Ketika memutuskan berwirausaha, dulu belum ada store. Saya memulai dengan menjual salad buah dengan aneka rasa saus,” ucap Nur Fitriana Zuraidah, Senin (31/5/2021).
“Tapi penjualan tidak selalu bagus. Satu hari bisa laku 10-30 porsi. Lalu besoknya bisa hanya 3 sampe 5 porsi saja. Atau bahkan tidak terbeli sama sekali,” lanjut perempuan berusia 33 tahun itu.
Awal pandemi COVID-19 lalu, usahanya pun sempat terseok. Fifi terus memutar otak mencari jalan keluar agar usahanya itu tetap bertahan dengan membuat sesuatu yang baru untuk bisa menggaet pelanggan.
“Kebetulan saya suka banget makan dimsum. Saya dulu bekerja di Jakarta. Ada tempat dimsum yang saya suka. Warung kaki lima tapi rasanya juara,” kata perempuan yang akrab disapa Fifi.
Mencari resep makanan
Dari situlah, dia mencoba untuk mencari makanan kesukaannya itu di Jombang. Namun, Fifi tidak berhasil menemukan dimsum seperti yang pernah ia rasakan sebelumnya.
Saat mencoba membuat sendiri dengan belajar menyontek resep di YouTube juga tidak ada satupun yang pas di lidahnya. Fifi terus mencari resep yang bisa nendang.
Berguru sama teman online dari Nepal yang piawai memasak dumpling. Selama kurang lebih 4 bulan lamanya ia trial and error, rasa dimsum yang pas sampai akhirnya ia temukan.
Fifi awalnya menjalankan usaha itu sendirian, karena kakaknya Arif Fachrudin Achmad masih bekerja di Jakarta. Setelah ayahnya meninggal, kakaknya baru kembali ke Jombang.
“Jadilah kami berdua memulai bisnis ini secara bersama-sama,” kata perempuan kelahiran Jombang, 1 Juni 1987 tersebut.
Arif Fachrudin menambahkan, Dimsum yang dibuat adiknya itu dibekukan lalu dikemas vakum tanpa pengawet dan mampu bertahan hingga 3 hari di suhu ruang karena pembuatannya yang steril.
Tak cuma dimsum, laki-laki akrab disapa Rudi itu juga mengaku hobi masak mulai meracik jajanan dan mengadaptasi jajanan kaki lima negeri ginseng. Yakni korean toast. Roti panggang yang diisi dengan daging sapi ditambah irisan kol dan saus.
Kini mereka juga tengah membuat menu baru, patty burger daging sapi isiannya tanpa campuran telur atau tepung. Pada intinya, patty burger harus juicy ketika digigit agar ngeblend dengan pelengkap burger yang lainnya.
“Kami ingin membuat rasa se otentik mungkin di setiap makanan yang kami jual. Harga harus sebanding dengan ekspektasi,” katanya.
“Karena kami memposisikan diri sebagai konsumen ketika menjual makanan. Ibaratnya, kalau kita nggak mau makan makanan yang kita jual sendiri, bagaimana dengan konsumen?,” Rudi melanjutkan.
Penjualan online dan offline
Menurut Rudi, bahwa makanan yang dijual itu harus berkualitas dan aman dikonsumsi dari dewasa hingga anak-anak dan tentunya harus lezat.
“Berbisnis itu tujuannya memang cari untung. Tapi cari untung juga harus dengan benar dan tidak merugikan konsumen. Salah satunya dengan membuat makanan tanpa bahan penguat rasa, pengawet atau bahan kimia lainnya,” katanya.
Lebih lanjut Rudi menyatakan, sepulang dari Ibu Kota, dia rubah konsep jualan online dan offline dari yang awalnya hanya online saja, yakni lewat Facebook dan WhatsApp dengan pelanggan orang terdekat saja.
“Kami mengubah konsep berjualannya. Harus ada store nih biar orang nggak bingung buat order. Saya bikin konsep jualan online dan offline. Kita mulai otak atik instagram untuk pemasarannya,” lanjutnya.
Mereka juga menggandeng influencer untuk mempromosikan produknya. Dari produksi 500 gram, sekarang mereka sudah memproduksi lima kilogram tiap hari. Dimsum yang tadinya hanya dipesan masyarakat Jombang, kini mulai meluas hingga ke luar kota.
“Pembelinya dari Lamongan, Sidoarjo, Jakarta, Gresik hingga Makassar,” sebutnya.
Kedepan, mereka ingin membuat kedai yang nyaman agar pembeli bisa langsung datang dan makan di tempat. Selama ini, sekalipun ada store, pembeli hanya bisa order untuk dibawa pulang. Seiring waktu berjalan, makin banyak yang menginginkan makan ditempat.
“Semoga dalam waktu dekat kami bisa membuat kedai yang nyaman untuk pembeli,” harapnya.
Rudi berpesan kepada para wirausaha pemula untuk terus semangat dan pantang menyerah. Kerja keras, ikhtiar diiringi dengan doa akan membuahkan hasil yang maksimal.
“Memulai usaha dari nol itu butuh effort, kerja keras sekaligus kesabaran. Tidak ada usaha yang begitu mulai langsung berhasil. Berkaca dari banyak pengusaha sukses, perkembangan sebuah usaha baru bisa dilihat setelah 5 tahun bertahan. Karena itu jangan pernah menyerah untuk memulai usaha. Berdiri di kaki sendiri,” pesannya.
Editor: Azriel