JOMBANG (Jurnaljatim.com) – Di samping rumah yang berukuran tidak terlalu besar, duduk di kursi roda sambil memotong bambu di atas meja yang sudah diukurnya untuk dijadikan produk kerajinan yang unik dan bernilai.
Pria itu adalah Sukardi (35) yang tinggal rumah kontrakan di Dusun Kayen, Desa Kayangan, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Ia saat itu tengah membuat kerajinan dari bambu menjadi miniatur motor, mobil, hewan, lampu hias, bunga, serta lampu belajar.
“Sudah sekitar satu tahun ini saya buat kerajinan dari bmabu ini mas,”tutur Sukardi ditemui Jurnaljatim.com, Kamis (27/8/2020).
Semangat karena Sang ibu
Sukardi mengalami kelumpuhan sejak 19 tahun silam tepatnya tahun 2001 setelah mengalami kecelakaan kerja disebuah kawasan industri di Kalimantan. Sukardi saat itu hanya bisa berbaring tengkurap di atas ranjang selama kurang lebih 6 tahun.
Masa sulit enam tahun di atas kasur tanpa aktivitas apapun, membuat pria asal Grobogan Jawa tengah seakan pasrah atas hidupnya. Namun, Sang ibu yang bersamanya dengan sabar dan telaten selalu merawatnya.
“Ibu saya sangat telaten merawat, Itu yang membuat saya kuat, saya harus hidup. Makanya, sekarang dalam kondisi apapun, saya bertekad membuat ibu bangga dan bahagia,” kisah Sukardi dengan mata berkaca-kaca.
Setengah tahun kemudian, Sukardi bisa terlentang dan perlahan mulai belajar turun dari ranjang hingga mengalami saat ini bagian kakinya tidak berfungsi dan harus menggunakan alat bantu kursi roda.
Ditemani dan dibantu istri
Sebelum menekuni kerajinan tangan dari bambu, Sukadi pernahil usaha ternak ayam, jual pulsa dan membuat gerobak dari kayu. Usaha itu dilakukan untuk menghidupi keluarganya.
“Satu tahun lalu saya buatkan layang ardi bambu untuk keponakan. Ternyata temannya banyak yang minat. Lalu saya berfikir mengolah bambu-bambu jadi kerajinan lainnya,” ujar Sukardi.
Sejak itulah, Sukardi mulai menekuni usahah kreatif tersebut. Istrinya Widiawati (46) juga selalu menemani dan membantunya. Selain membantu menuangkan gagasan produk dalam sebuah pola, Widiawati juga memasarkan produk hasil buah tangan suaminya.
“Istri saya kadang yang membantu buat gambar buat polanya kemudian saya yang mengerjakannya,” katanya.
Sukardi membeli bambu dari warga sekitar. Bambu yang dimanfaatkan untuk bahan baku antara lain bambu apus, bambu ori, dan bambu petung. Bambu dipotong dalam ukuran kecil-kecil dan hampir seluruh potongannya dimanfaatkan.
Hasilkan 300 produk kreatif
Hingga saat ini, sudah ada 300 lebih produk kreatif yang sudah dihasilkan penyandang disabilitas tersebut. Antara lain miniatur bunga, binatang, celengan bambu, tempat alat tulis, dan lampu belajar. Produk dari bambu itu dijual dengan harga bervariasi, mulai Rp25.000 sampai Rp250.000.
“Harganya macam-macam, tergantung besar kecil dan tingkat kesulitan. Kalau miniatur bunga Rp80.000, lampu belajar ada yang Rp180.00 dan Rp250.000,” tambah Widiarti.
Untuk saat ini belum banyak produk kerajinan itu yang beredar di pasaran, khususnya di Jawa Timur. Pemasaran produk masih terbatas pada komunitas disabilitas dan belum merambah pasar konsumen dari berbagai kalangan.
“Untuk (pemasaran) di Jawa Timur belum, tapi kalau ke Jogja (Yogyakarta) sudah ada yang beredar. Di sana ada teman disabilitas juga, tapi belum banyak,” lanjut Widiawati.
Selain fokus menekuni usaha kreatif itu sembari memperbaiki kekurangan dari setiap jenis produk, mereka memasarkan produk kerajinannya dengan memanfaatkan media sosial serta relasinya. Meski belum banyak menghasilkan, Sukardi tetap optimistis usaha yang dirintiskan akan menjadi berkembang.
Editor: Hafid