Mahasiswa Sumenep Gelar Teaterikal Demo Lanjutan Pencemaran Tambak Udang

SUMENEP (Jurnaljatim.com) – Sejumlah melakukan dan aksi teaterikal di depan kantor Kabupaten , Jawa timur. Aksi mahasiswa yang tergabung dalam Front Keluarga (FKMS) terkait dengan oleh Tambak udang di Kabupaten setempat, Senin (25/2/2020).

Pantauan Jurnaljatim.com, teaterikal itu dengan menampilkan salah satu mahasiswa memerankan memakan udang mentah. Hal itu sebagai simbolik adanya pencemaran tambak udang.

Setelah sekitar satu jam berorasi, sejumlah mahasiswa ditemui oleh Ernawan Utomo, Sekretaris (Sekdis) Hidup, Pemerintah Kabupaten Sumenep.

Koordinator aksi Sutrisno mengatakan, aksi itu merupakan aksi lanjutan yang dilakukan pada Senin (24/2/20) lalu, terkait yang terkesan mau menutupi fakta dugaan pelanggaran tambak udang yang melarang FKMS ikut melakukan observasi.

Menurut Sutrisno, berdasarkan dokumentasi video hasil wawancara Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumenep, mengakui ada tambak udang yang memang mencemari lingkungan berdasarkan hasil uji laboratorium.

“Jadi kan pada hari Senin kemarin FKMS sudah melakukan aksi disini sampai ditemui oleh Pak Kadis, dan berdasarkan dokumentasi video hasil wawancara Pak Kadis, saya mencoba mencermati bahwa pak Kadis mengakui ada tambak udang yang memang mencemari lingkungan berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh ,” ungkapnya.

“Dan hari ini saya kembali kesini untuk memperjelas itu, karena kemarin Pak Kadis kan Ngambang bahasanya, jadi saya pengen memperjelas itu. Kalau memang ada, apa perusahaannya,” sambungnya.

Dari pertemuan dengan Sekdis, kata Sutrisno, tuntutan para mahasiwa sudah disampaikan oleh DLH jika memang ada satu tambak udang mencemari lingkungan. “Saya tidak yakin data yang mengatakan cuma satu dari sebanyak sepuluh tambak udang yang disampaikan,” ucap Sutrisno.

Sementara itu, Sekdis DLH Sumenep, Ernawan Utomo saat ditemui usai menerima aksi para mahasiswa, menyampaikan, jika ketidakyakinan mahasiswa cuma satu yang mencemari lingkungan menyebutkan hanya sebagai sampel.

“Satu itu dibacakan sebagai sampel. Bahwa kami bekerja sebenarnya. Sebenarnya tadi mahasiswa itu minta Sampel dikira saya tidak bekerja,” katanya.


Kontributor: Khairullah Thofu

Editor: Hafid