JOMBANG (Jurnaljatim.com) – Sejumlah kiai, tokoh serta ribuan santri dan masyarakat dalam Peringatan 7 Hari wafatnya KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah di Ponpes Tebuireng, Jombang, Jawa timur, Sabtu (8/2/2020) malam.
Di antaranya, H Lukman Hakim Syaifuddin Menteri agama periode 2014-2019, Emha Ainun Najib atau Cak Nun, dan Din Syamsuddin mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Rais Aam PBNU KH Miftakhul Akhyar dan Prof Dr Imam Suprayogo.
Dalam testimoninya, Lukman Hakim Syaifuddin, menyampaikan, dia mulai mengenal Gus Sholah sejak menikah dengan kakak kandungnya Nyai Hj. Farida pada tahun 1968 silam. Menurutnya, Gus Sholah sosok sederhana dan cenderung pendiam, namun Rajin.
“Meski putra tokoh besar, tapi beliau tetap sederhana dan menjalani hidup apa adanya,” ujar Lukman di hadapan ribuan santri.
Menurut Lukman, keberhasilan cucu KH Hasyim Asyari, pendiri NU, dalam memimpin Ponpes Tebuireng bukan karena pengalaman memimpin di banyak tempat, bukan karena kemampuan ataupun relasi, tapi karena cinta luar biasa kepada pesantren.
“Disini saya menyebut cinta dalan artian mempunyai keikhlasan yang luar biasa,” ujarnya.
Sementara itu, budayawan Emha Ainun Najib atau yang akrab disapa Cak Nun, mengatakan, selama 14 tahun memimpin Tebuireng, Adik kandung Gus Dur ini mampu menjawab kompleksitas pesantren yang tidak sesederhana dulu.
“Gus Sholah ke Indonesian nya luar biasa, mampu membangun kompleksitas yang sedemikian luar biasa,” kata Cak Nun.
“Pesantren adalah laboratorium masa depan. Tebuireng adalah tempat workshop untuk menyusun formula masa negara ini,” sambung Cak Nun.
Sementara itu, dalam testimoni yang disampaikan Din Syamsudin, menyebut Gus Sholah sangat berkeinginan dan mengajak untuk mengumpulkan tokoh- tokoh umat Islam. Bahkan, kata Din Samsudin, terakhir Gus Sholah masuk Rumah sakit, masih juga mempunyai mimpi cita cita untuk agendanya tersebutn
“Gus Sholah Seorang Negarawan. Berkeinginan untuk mengumpulkan Tokoh-tokoh umat Islam, sayang Allah memanggil beliau kehadiratnya. Dan saya pribadi sangat menyesal memohon maaf tidak sempat terlibat pemakaman langsun, karena sedang berada di luar negeri Kroasia,” ujarnya.
Gus Sholah menghembuskan nafas terakhir pada Senin malam, pukul 20.59 WIB di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Pengasuh Pesantren Tebuireng ini sempat menjalani operasi jantung karena sakit. Kondisinya dikabarkan kritis hingga akhirnya meninggal dunia pada Minggu (2/2/2020).
Putra menteri agama pertama, KH Wakhid Hasyim ini telah dimakamkan pada Senin (3/2/2020) di utara makam ayahnya atau baratnya makam Gus Dur, Kompleks Makam keluarga Pondok Pesantren Tebuireng.
Editor: Hafid