JOMBANG (Jurnaljatim.com) – Pengasuh Pondok pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang dan Panglima TNI kompak untuk tidak ada kerusuhan dan keributan yang memakan korban jiwa. Hal tersebut mengacu pada terjadinya peristiwa kerusuhan pada 21 Mei dan 22 Mei 2019 lalu.
Pengasuh Ponpes Tebuireng, KH Sholahuddin Wahid atau Gus Sholah mengatakan, bahwa pertemuan kali ini selain silaturahmi juga dikemas dengan Halal Bi halal bersama-sama para alim ulama dan Panglima TNI.
Nama halal BI halal itu berasal dari bahasa Arab yang di Indonesia-kan. Sewaktu itu, awal mulanya Bung Karno dan Kiai Wahab bertemu atas kesiauan pada awal tahun 50-an. Saat itu, para elit politik berpotensi bisa memecahkan bangsa, dan kemudian para tokoh agama setelah lebaran dikumpulkan oleh Presiden atas saran dari kiai Wahab dan akhirnya tercetuslah Halal BI halal untuk menyatukan kembali bangsa Indonesia.
“Kalau kita lihat sejarah Indonesia, umat Islam atau tokoh agama islam itu selalu berhasil mengatasi potensi perpecahan bangsa,” ungkap Gus Sholah.
Demi menjaga kesatuan Indonesia ketika itu, Gus Sholah juga menceritakan, pada Muktamar NU di tahun 1984, ketika itu menyetujui dasar Pancasila atau mengakui secara resmi. Jadi, butuh waktu hampir 40 puluhan tahun bagi NU untuk mengakui Pancasila sebagai dasar negara. Persatuan bangsa bisa dilihat dari hal tersebut.
“Jangan sampai terjadi kembali sengketa atas beda pilihan dan jika terjadi keretakan atas beda pilihan sehingga menimbulkan keretakan yang potensial dan menganggu negara,” ungkap Gus Sholah.
Pihaknya mengundang panglima TNI untuk menyampaikan perkembangan atas kejadian 21-22 Mei 2019 kemarin di Jakarta. Gus Sholah mengatakan, semua juga turut berdukacita atas tewasnya korban kejadian itu dan juga turut berdukacita atas meninggalnya petugas KPPS KPU.
“Kita mengharapkan Panglima bisa menerangkan atas kejadian tersebut agar kita bisa ikut menjaga bangsa Indonesia,” papar Gus Sholah.
Sementara itu, Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto dalam kesempatan itu menerangkan, soal aksi 21-22 Mei 2019 di depan kantor Bawaslu RI, mulai dari awal kejadian sampai akhir.
Menurut Panglima, pada sidang sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi (MK) tidak lagi ada keributan atau bentrokan lagi seperti pada saat penetapan hasil pemilihan umum lalu.
“Sudah tidak ada keributan lagi. Kerusuhan tersebut merupakan kerusuhan terakhir di Indonesia,” harap Panglima.
Dikatakan oleh Marsekal Hadi, pihak TNI akan menyiagakan 14 ribu personel untuk untuk berjaga-jaga jelang putusan MK terkait PHPU.
“Untuk pengamanan kita dengan kekuatan sama 14 ribu personel,” tandasnya.
Belasan ribu personel itu akan disiagakan di sejumlah titik, seperti Bawaslu, KPU dan MK sendiri, istana negara serta gedung DPR/MPR.
Acara kunjungan Panglima di Tebuireng ditutup dengan acara ziarah ke makam tokoh nasional dan sekaligus tokoh ulama di Indonesia. Selain, KH Hasyim Asy’ari, dalam kompleks Ponpes juga terdapat makah presiden Indonesia ke-4 KH Abdurrahman Wahid.
Editor: Hafid