SIDOARJO (Jurnaljatim.com) – Peristiwa di puskesmas Sedati yang menimpa Muhammad Iqbal Abdurrozaq (5) anak dari Bambang Hidayat (47), yang mengalami sesak napas dan demam tinggi lalu meninggal usai tiba di RSUD Sidoarjo karena minimnya tenaga medis maupun paramedis di tiap Puskesmas.
Kejadian tersebut, menjadi suatu catatan dan evaluasi tersendiri bagi pelayanan kesehatan masyarakat.
Menurut, Kepala Dinkes Kabupaten Sidoarjo, Syaf Satriawarman, pada umumnya di setiap puskesmas harus ada sekitar 11 dokter. Saat ini, puskesmas yang ada di Sidoarjo hanya memiliki sekitar 5 dokter.
“Kejadian yang ada di puskesmas Sedati, seharusnya tidak boleh terjadi,” ucapnya kepada Jurnaljatim.com, Rabu (15/5/2019) sore.
Syaf mengatakan, kasus meninggalnya balita pada Senin (6/5/2019) kemarin, sudah dilakukan koordinasi antara Kepala puskesmas Sedati dengan keluarga korban.
“Sudah diselesaikan, dan pihak keluarga bisa menerima kejadian tersebut,” tandasnya.
Diceritakan dia, saat kejadian itu, di tempat tersebut hanya ada dua bidan. Secara bersamaan, di ruang persalinan dua bidan itu sedang melayani pasien yang melahirkan dan akan melahirkan.
“Jadi yang benar itu, di ruang persalinan dan bukan di UGD. Karena, khusus anak balita pelayanannya di ruang persalinan,” jelasnya.
Pihak puskesmas, kata Syaf, sudah melayani dengan baik. Yakni, dengan memberikan bantuan oksigen, diberi obat penurun panas melalui tubuh serta di kompres.
Kemudian dalam penanganan lanjutan, pihak puskesmas memberikan anjuran untuk segera di rujuk ke RSUD Sidoarjo. Namun saat itu, ibu dari anak tersebut minta ijin pada suaminya, dan langsung pergi ke RSUD Sidoarjo.
Secara logika kesehatan, kata dia, pasien yang sudah masuk daftar dan punya rekam medik, kemudian melarikan diri itu sudah dianggap pulang paksa. Karena, dia pergi begitu saja dan tanpa ijin.
“Mungkin karena panik, dan mungkin kurang jelas penyampaiannya. Sehingga, dia pergi,” urainya.
Di singgung tentang pelayanan ambulans puskesmas, Syaf mengatakan, bahwa saat itu sopir dan ambulans tersedia dan selalu siap bahkan sampai 24 jam. Kemungkinan, pasien menduga kendaraan mencari sendiri.
“Kalau dikatakan ambulans tidak ada, itu tidak benar. Saya juga sempat, memarahi sopirnya,” tegasnya saat itu.
Atas peristiwa tersebut, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Dinkes Sidoarjo, rencananya akan meminta anggaran APBD untuk menambah jumlah tenaga medis dan paramedis.
“Kita akan buka peluang dokter, dengan gaji yang layak. Kalau alat kesehatan, saya kira masih mencukupi,” pungkasnya.
Editor: Azriel