Surabaya, Jurnal Jatim – Salah satu tim Pengabdian Masyarakat Jurusan Pendidikan Seni Rupa FBS-Unesa (Universitas Negeri Surabaya) kolaborasi dengan MGMP Seni Budaya SMK/SMA Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Kolaborasi tersebut dilaksanakan untuk mengaktualisasi proses pembuatan tekstil dengan teknik Gulijat yang diharapkan dapat bermanfaat untuk pembelajaran seni budaya.
“Kegiatan ini merupakan bentuk pengabdian masyarakat dari tim Jurusan Seni Rupa Unesa terdiri dari Fera Ratyaningrum, Imam Zaini, Agung Ari Subagio, Marsudi dan Ika Anggun Camelia,” kata Fera Ratyaningrum, Rabu (24/1/2024).
Fera sapaan akrabnya mengungkapkan pengabdian berlangsung pada Juli hingga Desember 2023 lalu dengan melibatkan 25 anggota MGMP Seni Budaya SMK/SMA Kabupaten Gresik.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal mengaktifkan peserta didik untuk berkarya seni rupa.
Dikatakan Fera, pengembangan keterampilan bidang seni rupa masih perlu ditingkatkan, sebab sebagian anggota MGMP Seni Budaya SMK Kabupaten Gresik memiliki latar belakang pendidikan yang bukan dari bidang seni, termasuk seni rupa.
“Sehingga penyelenggaraan pelatihan sangat bermanfaat,” kata Fera yang merupakan ketua tim pengabdian Jurusan Seni Rupa Unesa.
Fera menjelaskan, Teknik Gulijat merupakan kependekan dari “gulung-lipat-jumput dan ikat”. Gulijat dimaksudkan untuk menyebut kain yang dibuat dengan kombinasi jumput-lipat, jumput-gulung, atau lipat-gulung.
“Jadi, teknik ini merupakan pengembangan dari teknik ikat celup yang sudah ada,” jelas dia.
Teknik ikat celup merupakan salah satu teknik menghias kain yang banyak digunakan dan dikembangkan di berbagai negara dengan nama yang beragam. Di Jawa, teknik itu dikenal dengan sebutan “jumput” sedangkan di Jepang dikenal dengan Shibori.
Teknik Gulijat sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran karena proses pembuatannya dapat dilakukan secara singkat menyesuaikan motif yang diinginkan.
“Rata-rata pembuatan motif dan pewarnaan dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 2 jam, sisanya digunakan untuk pengeringan,” katanya.
Perihal pewarnaan, masih menurut Fera, pada dasarnya semua pewarna tekstil berbasis air dapat digunakan pewarnaan kain teknik Gulijat. Namun pada pelatihan itu pewarna yang digunakan adalah pewarna sintetis yaitu Napthol.
“Tahapan kegiatan yang pertama adalah pengenalan teknik Gujilat. Tahap kedua adalah tahap persipan meliputi kegiatan pewarnaan dan pengeringan bahan. Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan dan evaluasi,” ujarnya.
Fera menambahkan, para peserta pelatihan sangat antusias menerapkan teknik gujilat pada produk tekstil yang disediakan. Hasil evaluasi menunjukkan para peserta pelatihan menguasai teknik gujilat dengan baik.
Adapun beberapa produk yang dihasilkan adalah berupa kaos, scraft, totebag. Adanya pelatihan ini diharapkan pembelajaran di sekolah dapat lebih menyenangkan dan bernilai ekonomis.
Dapatkan update berita menarik hanya di Jurnaljatim.com, Jangan lupa follow jurnaljatim.com di google news instagram serta twitter Jurnaljatim.com