Peternak di Kota Kediri Olah Sampah untuk Makanan Ternak

Kediri, Jurnal Jatim – Kelompok ternak di Kediri, Jawatimur membuat terobosan mengolah sampah organik daun kering pepohonan menjadi pakan ternak hewan peliharaannya.

Di Kota Kediri, setiap hari, ada 140-150 ton sampah dengan jumlah penduduk sekitar 300 ribu orang. Sampah daun kering selama ini juga menjadi beban di tempat pembuangan akhir (TPA).

Ketua Kelompok Ternak Sumber Rejeki, Edy Santosa, mengungkapkan bahan pakan ternsisyang dialah adalah sisa-sisa limbah organik seperti daun kering yang tidak digunakan masyarakat.

“Daun kering saya tampung. Termasuk jika ada penebangan pohon dari DLKHP dari pada susah buang saya tampung di sini,” kata dia, Jumat (4/2/2022).

Setelah kering diolah lalu difermentasi. Jadi daun-daun itu dicacah dulu lalu dicampur dengan bahan lainnya seperti molase dan probiotik. Itu dicampur lalu ditaruh wadah tong yang kedap udara untuk proses fermentasinya.

“Setelah tiga hari sudah bisa diberikan kepada hewan ternak,” ujarnya.

Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengaku telah menyaksikan langsung pemanfaatan sampah daun untuk pakan ternak. Ia juga telah meninjau langsung peternakan kambing Usaha Bersama Sumber Rejeki, Kelurahan Ngronggo, Kota Kediri, Kamis (3/2/2022).

“Saya menyaksikan sendiri, ternyata sampah daun bisa dimanfaatkan untuk menjadi pakan ternak. Bagusnya lagi ternak yang makan daun difermentasi ini tidak bau sama sekali, sudah saya cek kotorannya juga tidak bau,” katanya.

Ia menyebut, ada bahan tertentu yang dicampurkan dalam proses fermentasisalah satunya prebiotik.

“Ini butuh teknik tertentu, dan tentunya lebih hemat karena ini sampah kan ibaratnya tidak beli, hanya butuh mengumpulkan dan transportasi,” sebut orang nomor satu di kota Kediri itu.

Adanya pengolahan sampah untuk pakan ternak disebut Wali Kota peternak tidak perlu lagi mencari rumput yang kadang susah dicari di musim kemarau.

“Di perkotaan itu membuang sampah daun juga sulit, makanya ini ditampung dan diubah menjadi pakan. Sisa-sisa sayuran dari pasar grosir juga ternyata bisa dibuat biskuit untuk makanan kelinci, bahkan sudah dijual ke marketplace, tentunya inovasi ini patut kita apresiasi,” ujarnya.

Menurut Wali kota, rumah warga yang berdempetan dengan kandang kambing juga tidak terganggu dengan polisi bau.

“Biasanya kan kandang kambing, apalagi dengan skala yang besar baunya luar biasa dan mendapat protes masyarakat. Di sini tidak terjadi. Ini artinya peternakan yang biasanya identik dengan desa itu bisa diaplikasikan di perkotaan dengan permukiman padat penduduk,” ucapnya.

Yulis, 30 tahun, ibu rumah tangga yang kebetulan rumahnya bergandengan dengan kandang juga mengaku tidak terganggu dengan polusi peternakan di sekitarnya.

“Kami tenang saja di rumah karena tidak ada bau sama sekali, orang tua saya yang sudah sepuh juga tidak terganggu dengan bau,” kata Yulis. [Web]

Dapatkan update berita menarik lainnya hanya di Jurnaljatim.com, jangan lupa follow jurnaljatim.com di Google News.

 

Editor: Azriel