Jombang, Jurnal Jatim – Jahe instan di masa pandemi ini banyak dicari yanh otomatis permintaanya pun meningkat. Mengonsumsi jahe instan dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhindar dari virus corona serta berkhasiat bagi kesehatan.
Pemilik produksi jahe instan dan temulawak di Jombang, Qoiriyah (47) mengungkapkan di masa pandemi ada peningkatan permintaan dari konsumen. Sebelum pandemi hanya bisa memproduksi jahe instan maupun temulawak instan sebanyak 5 kilogram per hari.
“Permintaan naik sampai hingga 50 persen mas,” tutur Choiriyah, Senin (26/10/2020).
Dikatakan dia, naiknya omset penjualan jahe instan dan temulawak hasil produksinya selama pandemi corona lantaran faktor kepercayaan konsumen bahwa jahe instan dan temulawak bisa untuk meningkatkan kesehatan tubuh serta menangkal virus corona.
“Konsumen bilangnya untuk menambah imunitas tubuh,”sambung pemilik usah produksi di Desa Kwaron, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Ia menagatakan, usaha rempah-rempah bubuk jahe instan dan temulawak itu mulai dirintis sejak tahun 2018 yang lalu. Bahan baku yang dipakai yakni jahe lokal atau yang biasa dikenal dengan Jahe Emprit.
Jahe emprit tersebut mempunyai struktur rimpangnya kecil dan berlapis-lapis. Daging rimpangnya berwarna putih kekuningan. Ruas jahe itu kecil dan agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe itu dipanen setelah berumur tua.
“Saat itu ada saudara yang bisa membuat, kemudian bapaknya (suaminya) coba-coba jual dan laku sampai sekarang ini,” katanya.
Ia menambahkan, jahe instan yang ia pasarkan tidak hanya di lokal Jombang saja, melainkan ke daerah-daerah lain di Jawa Timur bahkan hingga luar Pulau Jawa.
“Kalau harga Rp30 ribu- 35 ribu kemasan 500 gram,” imbuh Choiriyah.
Tanpa menyebut nominal omsetnya, Qoiriyah mengaku masih memiliki kendala kekurangan modal. Ia pun berharap bisa mendapat bantuan modal dari pemerintah untuk mengembangkan usaha yang digelutinya sejak 2 tahun silam.
“Untuk pengembangan masih hurang modal mas, modalnya terbatas,” pungkasnya.
Editor: Azriel