Jombang, Jurnal Jatim – Sosok KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur selalu harum di mata para santri. Beliau menjadi guru, cendekiawan muslim sekaligus pemikir kharismatik umat muslim. Semestinya, pemikiran dari Mbah Dur bisa membumi di Indonesia bahkan dunia.
Menyadari hal itu, Ikatan Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) mengadakan seminar nasional Pemikiran Gus Dur. Bertempat di aula lantai 3 gedung KH Yusuf Hasyim, Pondok Pesantren Tebuireng, Kecamatan Diwek, Jombang, Rabu (21/12/2022).
Pengasuh Ponpes Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz menjadi Keynote Speaker. Untuk para pemateri Kiai Ngatawi Al-Zastrow mantan asisten pribadi Gus Dur (1998 – 2009) dan Kepala Makara Art Center UI, Masdar Hilmy Guru Besar Sosiologi Agama dan Direktur Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya) serta M Mas’ud Adnan CEO Harian Bangsa.
Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH Abdul Hakim Mahfudz mengatakan jika membicarakan pemikiran Gus Dur sangat luas sekali. Paling menarik adalah gagasan Gus Dur kepada Nahdlatul Ulama (NU). Tahun 1979 Gus Dur bergabung di NU setelah kembali dari luar negeri.
“Sejak saat itu beliau terlibat secara langsung di NU dan baru pada tahun 1984 beliau terpilih menjadi Ketua PBNU. Disitulah Reformasi NU yang sangat mendasar,” kata Gus Kikin sapaan akrab pengasuh Ponpes Tebuireng.
Gus Dur membawa banyak perubahan dalam tubuh NU. Termasuk yang mendorong NU kembali ke khittah dengan menerima Pancasila sebagai dasar negara. Yakni NU kembali menjadi kekuatan civil society. NU tidak lagi berkecimpung di ranah politik.
“NU yang dulunya di bawah Partai Politik, akhirnya keluar dari Partai Politik, kembali lagi membangun civil society. Itulah kemudian NU bisa diterima luas oleh masyarakat,” ujarnya.
Gagasan Gus Dur mewarisi pemikiran Hadratussyekh KH Hasyim Asyari tentang NU adalah organisasi terbuka. Sebagaimana pernah disampaikan oleh KH Hasyim Asy’ari bagaimana NU menjadi wadah semua umat dengan cara yang terbuka.
“Gus Dur membawa kita pada bangunan Civil Society sangat kokoh karena berdasar pada kemanusiaan, itulah kemudian yang menjadi istilah Moderasi,” urainya.
Acara seminar nasional kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi dengan judul akar pemikiran Gus Dur dalam memperjuangkan multikulturalisme dan Toleransi oleh Dr Ngatawi Al-Zastrouw dan judul Masa Depan Moderasi Beragama oleh Masdar Hilmy.
Acara berlangsung meriah. Tidak kurang sebanyak 300 peserta hadir langsung dalam acara. Kegiatan merupakan rangkaian acara perayaan ke 13 tahun wafatnya Gus Dur di Ponpes Tebuireng, Jombang.
Dapatkan update berita menarik hanya di Jurnaljatim.com, Jangan lupa follow jurnaljatim.com di google news instagram serta twitter Jurnaljatim.com.