Magetan, Jurnal Jatim – Desa Kauman dan Desa Patihan Kecamatan Karangrejo dikenal sebagai sentra industri produksi gamelan di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Namun jumlah perajin alat musik tradisional tersebut saat ini terus berkurang.
Dari sebelumnya, ada kurang lebih 20 perajin, kini hanya ada lima orang perajin yang masih bertahan untuk tetap eksis di tengah gempuran arus modernisasi.
Melansir situs Pemkab Magetan, salah satu perajin yang masih tetap bertahan adalah Wahyu. Ia memproduksi gamelan secara turun temurun.
Menurut Wahyu, saat ini, industri gamelan di kauman dan patihan, mengalami pasang surut, di antaranya masalah produksi, pengadaan bahan baku, hingga pemasaran produk.
“Saat ini, perajin hanya mampu menjual satu set gamelan perbulannya,” ujarnya, Minggu, (11/7/2021).
Penjualan gamelan juga masih sebatas pesanan dari konsumen dan pengadaan lelang dari pemerintah. Pesanan gamelan banyak Kalimantan, Sumatera, Papua, Jogja bahkan sampai luar negeri seperti Malaysia.
Untuk harga bervariasi, satu set gamelan, yang terdiri dari kendang, gender, gambang, kempul, bonang, kenong, gong, saron, gemung dan peking dijual antara Rp50 hingga Rp300 juta, tergantung bahan yang diinginkan konsumen.
Wahyu juga berharap pandemi COVID-19 segera berakhir sehingga pemasaran produk-produk gamelan kembali menggeliat.
Dengan berakhirnya pandemi, para pekerja seni yang merupakan pengguna gamelan juga bisa menjalankan usahanya. (Kominfo)
Editor: Azriel