JURNALJATIM.COM– Hampir seluruh Negara di dunia tak terkecuali Indonesia terkena wabah Coronavirus Desease tahun 2019 atau disingkat COVID-19. Berdasarkan data terbaru, Jumat, 29 Mei 2020, total kasus positif COVID-19 di Indonesia mencapai 25.216 pasien. Angka kasus ini sebanding dengan 68,7 persen dari total kasus COVID-19 yang sudah dilaporkan dari 34 provinsi di Indonesia.
Untuk di Jawa Timur (Jatim), data terbaru di situs Pemprov Jatim yang saya lihat pada Jumat 30 Mei 2020 malam, jumlah kasus positif 4414 orang, Sembuh 570 orang, dan meninggal 345 orang. Penularan virus ini tak hanya di perkotaan yang dapat menjadi episentrum penyebaran, namun sampai di daerah pedesaan dapat menjadi pusat penyebaran virus tersebut.
Penularan virus yang bisa berujung kematian ini tidak memandang ras, suku, agama, usia bahkan jenis kelamin. Semua berpontesi tertular dan yang perlu diwaspadai dalam penyebarannya adalah orang tanpa gejala (OTG) yang terlihat sehat, namun di dalam tubuhnya terdapat virus atau istilah dalam ilmu epidemiologinya disebut “carrier”.
Yang perlu diperhatikan, penyebaran COVID-19 ini bersifat droplet infeksi. Yakni penyebaran melalui tetesan kecil dari pembawa virus, baik melalui hidung maupun mulut.
Sejak pandemi COVID-19 mulai April hingga sekarang, pemerintah berupaya memutus mata rantai penularannya. Di antaranya imbauan edukasi mulai dari penggunaan masker dan selalu mencuci tangan, bahkan sampai pada pembatasan aktivitas sosial atau sosial distancing, kemudian menjadi menjaga jarak aman setiap individu atau physical distancing. Hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Selama pandemi corona, tanpa disadari saya kembali terdidik untuk selalu menjalankan pedoman kebersihan (protokol kesehatan) COVID-19. Kebiasaan dalam aktivitas yang selama ini lupa atau bahkan tidak peduli terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), semua dilakukan secara otomatis bahkan melakukannya tanpa berfikir apakah itu akibat virus atau apapun.
Selain itu mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan istirahat yang cukup diyakini mampu menjaga agar kita tetap sehat. Tubuh yang sehat akan mengeluarkan antibodi untuk melawan segala macam virus, serta bakteri apapun agar terhindar dari penyakit.
Dengan menjalankan perilaku seperti itu, kita yakin dan percaya akan mampu menghadapi kehidupan normal berdampingan dengan keberadaan COVID-19 ini. Sebab, pada pertengahan bulan Mei 2020 kemarin, Organisasi kesehatan dunia (WHO) peringatkan masyarakat dunia bahwa virus corona mungkin saja tidak akan pernah hilang dari muka bumi. Tidak ada pula yang bisa memprediksi kapan pandemi corona bisa dikendalikan.
Dari situ, pemerintah tengah menyiapkan diri memasuki fase kenormalan baru (new normal). Seperti melansir dari Wikipedia, New Normal adalah istilah dalam bisnis dan ekonomi yang mengacu pada kondisi keuangan setelah krisis keuangan 2007-2008, setelah resesi global 2008-2012 dan pandemi COVID-19. Istilah ini sejak itu telah digunakan dalam berbagai konteks lain untuk menyiratkan bahwa sesuatu yang sebelumnya tidak normal telah menjadi biasa.
Semara itu, menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmita, new normal (normal baru) kehidupan yang akan dijalankan seperti biasa ditambah dengan protokoler kesehatan. New normal dilakukan karena belum ditemukannya obat dan vaksin corona.
“Kita harus beradaptasi dengan aktivitas, dan bekerja, dan tentunya harus mengurangi kontak fisik dengan orang lain dan menghindari kerumuman serta bekerja, bersekolah dari rumah,” ujar Wiku seperti dikutip dari CNBC Indonesia.
Tentunya, dengan segala hal anjuran maupun aturan kebijakan pemerintah terkait COVID-19 menjadi bagian ikhtiar yang patut untuk dilaksanakan semua masyarakat. Kita pun semua berharap tetap sehat dan pandemi corona ini segera berlalu. (*Zainul Arifin)