Depresi Karena Menganggur, Pria di Jombang Bunuh Diri di Kamar Mandi

JOMBANG (Jurnaljatim.com) – Di tengah wabah virus corona meluas, seorang pria di Jombang bunuh diri di rumahnya. Pria itu bernama Paidi (39), warga Dusun Juwet, RT 05 RW 01, Desa Kedunglosari, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Jawa timur, Sabtu (4/4/2020).

Paidi bunuh diri dengan cara gantung diri menggunakan tali tampar di kamar mandi belakang rumahnya. Paidi bunuh diri bukan karena dia terjangkit virus corona yang saat ini wabahnya meluas, melainkan kondisi kejiwaan korban sedang labil.

“Kejadiannya tadi siang sekitar jam 13.00 Wib. Dari keterangan keluarganya, kondisi kejiwaan korban labil dan belakangan malu terhadap kakaknya karena tidak bekerja dan hanya menumpang makan,” kata Kapolsek Tembelang Iptu Sarwiaji dihubungi Jurnaljatim.com melalui telepon.

Ditemukan kakak kandungnya

Sugiati (52), kakak kandung korban kali pertama yang mengetahui Paidi bunuh diri. Saat itu, Sugiati pergi ke kamar mandi melihat korban sudah dalam keadaan menggantung dengan menggunakan tali tampar yang terbuat dari plastik warna kuning yang diikatkan pada kayu atap kamar mandi.

Seketika itu, Sugiati berteriak histeris meminta pertolongan. Paman korban Seger (53) mendatanginya dan mengecek. Saat itu korban sudah meninggal dunia. Jasadnya lalu diturunkan dengan dibantu Subekti (30) tetangganya.

Dua kali gagal bunuh diri

Kejadian itu, lalu dilaporkan ke Polsek Tembelang, Jombang. Dalam pemeriksaan tim identifikasi kepolisian, tidak ditemukan tanda atau bekas penganiayaan di tubuh korban. Artinya, korban murni meninggal karena gantung diri. Itu dibuktikan dengan ditemukan bekas jerat yang menghitam di leher, dan dubur atau anusnya mengeluarkan kotoran.

“Korban sebelumnya pernah berusaha bunuh diri, yang pertama masuk kedalam sumur, dan juga pernah minum racun tikus. Namun saat itu gagal dan selamat,” imbuh Sarwiaji.

Keluarga menerima kematian

Atas peristiwa itu, kata Sarwiaji, pihak keluarga korban menyadari bahwa kejadian tersebut adalah musibah dan tidak mempermasalahkan meninggalnya korban. Keluarga juga membuat surat pernyataan yang diketahui Kepala Desa setempat.

“Setelah membuat surat pernyataan, jenasah korban kita serahkan kepada keluarga untuk dimakamkan,” pungkas Sarwiaji.


Editor: Hafid