Pandemi Covid-19, Penjahit di Jombang Beralih Buat Masker

JOMBANG (Jurnaljatim.com) – Disebuah ruang tamu yang ukurannya tidak terlalu besar, terlihat seorang perempuan sedang beraktifitas menjahit selembar kain berukuran kecil. Belum banyak yang tahu, jika ibu dua anak tersebut .

Perempuan itu, adalah Dwi Anjani Susiana Putri. Tinggal bersama suami Yudi, dan anak-anaknya di Dusun Pandean, Desa Miagan, Kecamatan Mojoagung, . “Sebentar ya mas, masih menjahit masker pesanan orang-orang,” ucap Dwi Anjani saat dikunjungi sejumlah wartawan di rumahnya, Minggu (22/3/2020).

Orang-orang selama ini mengetahui Dwi Anjani seorang penjahit pakaian. Wanita berusia 36 tahun tersebut, banting setir membuat masker setelah mengetahui jika adanya kelangkaan masker di dan pertokoan akibat penyebaran .

“Saya kan awalnya penjahit baju. Sekitar satu Minggu yang lalu, muncul wabah corona yang menyebar dan orang-orang sulit mencari masker, lalu saya putuskan untuk memproduksi masker,” tuturnya.

FOTO: Dwi Anjani saat ditemui di rumahnya. (Istimewa)

Dia menuturkan, bahan kain yang digunakan untuk membuat masker jenis Katun. Satu meter kain, bisa dibuat 10 hingga 12 masker. Pembuatannya pun tidak terlalu rumit. Hanya saya, harus sabar dan telate.

“Untuk awalnya bikin pola dulu, setelah itu baru di potong, kemudian setelah di potong lalu dijahit dan setelah itu diseterika,” jelas ibu rumah tangga tersebut.

Satu buah masker, ia jual dengan Rp10.000. Jika pemesan membeli lebih dari 100 buah, Dwi Anjani akan memberi . Pemesan juga dapat memilih sesuai dengan motif dan warna yang disukainya.

“Kelebihannya, masker ini kainnya lapis dua (dua serat) dan bisa dicuci ulang, jadi tidak sekali pakai. Selain itu, masker ini juga anti virus,” terang perempuan berjilbab tersebut.

FOTO: Proses menjahit buat masker. (Zainul arifin/jurnaljatim.com)

Meski terbilang baru menggeluti usaha tersebut, dia mengaku sudah kuwalahan melayani pesanan. Menurut dia, pesanan tidak hanya dari Jombang saja, tapi juga dari daerah lain. Di antaranya Surabaya, , dan beberapa kota lainnya. Pembelinya mulai dari biasa hingga paramedis.

“Ini pegawai puskesmas pesan 250 buah masker. Orang biasa ada yang pesan sampai 50 lembar masker dan bilangnya untuk pribadi. Saya kerjakan sendiri dandtidak ada karyawan,” ucapnya.

FOTO: Dwi Anjani memasangkan masker buatannya ke salah satu boneka. (Zainul arifin/Jurnaljatim.com)

Selain kewalahan melayani ‘orderan’ terkadang dia terkendala dengan kain atau bahan yang dipesan konsumen. Ketika konsumen minta yang polos, saat itu dia sudah menyiapkan bahan kain motif dan begitupun sebaliknya.

“Tetapi, semua tetap kita layani. Alhamdulillah masih diberi kelancaran,” ujar dia.

Dwi Anjani mengaku tidak mempunyai lapak atau toko khusus untuk menjual masker. Selama ini, kain penutup mulut dan hidung tersebut ia pasarkan hanya melalui online, baik di sosial facebook, instagram maupun medsos lainnya. Hasil dari usahanya itu, rencananya akan ditabung untuk pengembangan suahanya.

“Ya, kalau terkait dengan adanya virus corona ini, semoga saja segera mereda dan kita semua diberikan kesehatan,” tutupnya.


Editor: Hafid