NGANJUK (Jurnaljatim.com) – Gantung diri yang dilakukan seorang kakek berusia 80 tahun di Desa Pandantoyo, Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk ternyata tidak dilakukan sendiri. Ia dibantu oleh sebuah alat yang sehari-hari dibawanya.
Hal itu terungkap setelah anggota Polsek Kertosono Polres Nganjuk melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). Di lokasi, petugas menemukan sebuah alat bantu yang sudah bertahu tahun terakhir selalu dibawa korban kemanapun pergi.
Alat bantu tersebut yakni sebuah tongkat kecil yang terbuat dari bambu. Diduga kuat, “tongkat ajaib” itulah yang digunakan korban untuk mengaitkan tali ke tiang lalu melakukan bunuh diri.
“Dari olah TKP, kita juga menemukan tongkat yang terbuat dari bambu yang sehari-hari dibawa korban. Sebab, korban sejak lima tahun terakhir mengalami buta mata secara total. Tanpa bantuan tongkat, sangat sulit bisa melakukan gantung diri,” terang Kapolsek Kompol Abraham Sissik kepada Jurnaljatim.com, Sabtu (13/7/2019) siang.
Bunuh diri secara tragis dilakukan korban pada Sabtu dini hari Sabtu dini hari, sekitar pukul 04.30 WIB. Buruh harian lepas itu, melakukannya di ruang dapur rumahnya, di Desa Pandantoyo, RT 04 RW 01, Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk.
“Pertama yang mengetahui istri korban, Lasemi (77), saat hendak ke kamar mandi untuk Shalat Tahajud,” kata Kapolsek.
Alangkah kagetnya, Lasemi melihat suaminya berapakain batik Korpri dalam posisi leher terikat tali kain warna merah muda dan tergantung menghadap ke utara. Sontak, ia berteriak minta tolong dan memberitahukan kejadian itu kepada putranya Romelan kemudian diberitahukan ke perangkat Desa dan diteruskan laporan ke Polsek Kertosono.
“Setelah ada laporan, kami bersama tim Inafis Polres Nganjuk mendatangi TKP. Dalam pemeriksaan medis, korban dinyatakan sudah meninggal dunia,” terang Kapolsek Kertosono.
Dari keterangan Lasemi, suaminya Subakir mengalami sakit mata atau tidak bisa melihat selama 8 tahun sejak tahun 2011. Pada 3 tahun pertama awal menderita sakit mata (penglihatan kabur), keluarga sudah mengantarkan berobat dan disarankan oleh dokter untuk operasi namun korban tidak mau karena takut, dan akhirnya 5 tahun terakhir sudah tidak bisa melihat total.
“Meski buta total, Korban beraktifitas sendiri di dalam rumah dengan baik dengan bantuan tongkat, tidak pernah diantar, karena korban yang membangun rumah sehingga sudah sangat hafal dengan baik setiap jengkal dan setiap sudut ruangan dan sangat hafal struktur bangunan di dalam rumah,” terangnya.
Jasad korban kemudian dibawa ke RSUD Kertosono untuk divisum. Dari pemeriksaan tim medis, tidak ditemukan tanda bekas penganiayaan di tubuh korban. Pihak keluarga juga menerima kematian sebagai musibah.
“Korban murni meninggal karena gantung diri. Penyebabnya, karena derita kebutaan yang dialami membuatnya putus asah akhirnya mengakhiri hidupnya seperti itu. Saat itu, anaknya juga sudah menyiapkan uang Rp 15 juta untuk operasi, namun korban tidak mau karena takut,” pungkas Kapolsek.
Editor: Hafid