Jakarta, Jurnaljatim.com
Kader santri adalah sosok muslim yang memiliki kepribadian akademis, intelektual, profesional serta memiliki sikap terbuka atas ragam perbedaan yang ada. Demikian disampaikan Ketua PB HMI Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan, Idris Pua Bukhu.
Idris mengatakan pada Kongres HMI yang ke 30 pada 9-14 Februari di Ambon nanti harus membawa satu fokus isu utama yang sedang menjerat kehidupan umat dan bangsa, salah satunya radikalisme agama.
Sebab, menurut kandidat Ketum HMI ini, daoat mengakibatkan terjadinya gesekan horizontal dalam kehidupan umat berbangsa, dan meningkatkan sikap Intolerans.
“HMI dituntut tampil di garis depan memberi solusi atas masalah ini.” kata Idris di Jakarta.
Menurutnya, kongres HMI kali ini adalah suatu momentum yang sangat bagus untuk menentukan langkah kebijakan organisasi untuk dua tahun de depan.
“HMI harus memberikan sebuah rumusan yang jelas dan sistematis untuk dapat menangkal dan mengantisipasi paham konservatisme dan radikalisme yang sedang melanda bangsa ini,” ujarnya.
Idris melanjutkan, selama ini HMI sudah berada dalam posisi yang tepat yaitu mengusung Islam yang inklusif, toleran dan moderat, tidak cenderung konservatif, tidak pula liberal.
“Namun akhir-akhir ini, nampak terasa ada pihak-pihak tertentu yang menggiring HMI ke arah konservatisme Islam bahkan diarahkan ke organisasi Islam garis keras, sebelum terlambat, hal ini harus kita antisipasi bersama,” ucapnya.
Bagi Idris, ke depan HMI harus membina kader santri di berbagai perguruan tinggi sebagai upaya untuk menangkal paham konservatisme dan radikalisme.
“Kader santri adalah kunci. Ia merupakan sosok muslim yang memiliki kepribadian akademis, intelektual, profesional serta memiliki sikap terbuka atas ragam perbedaan yang ada, serta bertanggung jawab atas setiap ucapan dan tindakan yang dilakukannya,” ujarnya. (Yua/jur)
Komentar