Surabaya, Jurnal Jatim – Warga belajar sulam pita media kanvas plastik dengan tim PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat) Unesa (Universitas Negeri Surabaya) di wisata Telaga Mboro Kabupaten Gresik.
Tim PKM Seni Rupa Unesa ini terdiri dari Ika Anggun Camelia selaku ketua beranggotakan Dr. Djuli Djatiprambudi, M.Sn. Dr. I Nyoman Lodra, M.Sn. Fera Ratyaningrum M.Pd. dan Dra Siti Mutmainah, M.Pd
“Bekerjasama dengan pemerintah Desa Sidowungu, dengan tujuan khusus adalah untuk memperbaiki pengelolaan isata guna meningkatkan pendapatan warga sekitar,” kata Anggun Camelia, Rabu (24/1/2024).
Diketahui kurangnya promosi dan perawatan berkala membuat kondisi Telaga Mboro kurang menarik minat wisatawan.
Kemampuan memanfaatkan potensi Telaga Mboro dan kurang maksimalnya inovasi membuat masyarakat sekitar belum bisa mendapatkan hasil yang lebih dari tempat wisata itu.
Padahal, wisata yang berlokasi di Desa Sido Wungu, Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik itu menawarkan keasrian taman, wahana permainan flying fox juga perahu bebek.
Tidak hanya itu, juga didukung properti Panggung Terbuka, Gazebo, Jembatan Bambu, taman foto, dan tempat bermain anak-anak serta dilengkapi fasilitas parkir, tempat ibadah (Musala), warung makanan, dan toilet.
“Dari latar belakang tersebut, permasalahan utama wisata Telaga Mboro yang harus diprioritaskan yaitu bidang produksi dan pemasarannya,” kata Anggun sapaannya.
Anggun mengatakan, pengembangan potensi Desa Sidowungu sangat penting agar dapat mencetak wirausaha baru, lapangan pekerjaan baru, sehingga lulusan-lulusan SMK/SMA di Desa tersebut dapat berdikari.
Melihat potensi yang dapat dikembangkan, tim PKM Seni Rupa Unesa mengadakan pelatihan dan pendampingan pembuatan sulam pita warga sekitar
“Kegiatan kami lakukan Juli sampai Desember 2023 meliputi pengenalan dan materi, praktik pembuatan, evaluasi dan monitoring,” ujarnya.
Pada program itu, dikatakan Anggun, dosen dapat melaksanakan indikator kinerja utama (IKU) melalui program kerja sama dengan BUMDes Sidowungu yang mengkordinir anggota Karang taruna dan kumpulan ibu-ibu Dasawisma bersinergi mengembangkan wisata Telaga Mboro.
Solusi yang diberikan adalah membuat pelatihan pembuatan souvenir sulam pita dengan media plastik kanvas untuk produk tas, tempat tisu, vas bunga, tempat pensil ataupun dompet.
Adapun alat dan bahan yang digunakan terdiri dari Jarum tapestry memiliki mata jarum yang besar dengan batang tebal, dan ujung tumpul ukuran 7,1 cm dan 9,5 cm.
Kemudian Spidol berwarna jenis permanen untuk memberikan tanda pada plastik kanvas. Pita organza polos tanpa pinggirannya. Plastik kanvas yang memiliki rongga dengan skala 0,3 cm.
“Kegiatan dimulai pemberian materi pengenalan potensi produk dan pengembangannya,” katanya.
Dikatakan Anggun, plastik kanvas sangat fleksibel dalam pengembangan desain, sebab dapat dibentuk sesuai jaring-jaring produk yang diinginkan. Setelah mengenal potensi produk, masyarakat dilatih dalam penerapan sulam pita pada plastik kanvas.
Masing masing peserta mendapatkan alat dan bahan lengkap. Namun dalam pelatihan pembuatan produk dilakukan secara berkelompok agar lebih mudah dalam pembelajarannya.
Selain pembuatan produk berkelompok, peserta mendapat tugas untuk membuat produk secara mandiri di rumah sesuai dengan kreativitas masing-masing.
“Optimalisasi pelatihan tersebut dilakukan dengan memberikan pretes dan postes untuk semua peserta,” ujarnya.
Lebih lanjut Anggun menyebut keberlanjutan program PKM Desa Sidowungu masih sangat besar. Banyak hal yang perlu dikembangkan seperti pengembangan promosi wisata.
Penyelenggaraan event maupun lomba di Desa Sidowungu dapat dilakukan secara rutin dan melibatkan mahasiswa FBS UNESA sebagai salah satu program kemitraan. Selain itu juga mengembangkan stan-stan makanan.
“Program kerja sama yang dilakukan FBS UNESA dengan Desa Sidowungu juga bisa dilanjutkan dengan program-program menarik lainnya,” kata Anggun menutup.
Dapatkan update berita menarik hanya di Jurnaljatim.com, Jangan lupa follow jurnaljatim.com di google news instagram serta twitter Jurnaljatim.com